Pada Februari lalu, pemangku kebijakan di Amerika Serikat (AS) heboh membahas pemblokiran TikTok.

Alhasil, ByteDance yang merupakan induk TikTok meluncurkan aplikasi serupa sebagai ‘bekingan’.

Aplikasi itu tak lain adalah ‘Lemon8’ yang langsung viral pasca diresmikan di AS.

Pada akhir Maret lalu, Lemon8 masih dalam daftar ‘Top 10’ aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi Apple App Store wilayah AS.

Namun, popularitas itu tak bertahan lama. Sama seperti ChatGPT yang viral lalu kini menunjukkan penurunan penggunaan, pun Threads yang bernasib sama.

Pengguna aktif harian (DAU) Lemon8 merosot tajam dari 11.930 ke 6.360 pada akhir Mei 2023, dikutip dari RestofWorld, Selasa (25/7/2023).

Jumlah download-nya merosot 6,7% dari angka puncak di Maret 2023, menurut firma Similarweb.

Pengguna mengeluhkan soal konten di Lemon8 yang terasa sangat terkurasi alias tak organik. Selain itu, kontennya pun dinilai repetitif.

Allison Thompkins (25) yang bekerja sebagai marketer di AS mengatakan pertama kali men-download Lemon8 pasca mengetahui soal aplikasi itu di Instagram. Namun, ia kecewa karena penjajalannya terasa seperti Pinterest. Sangat berbeda dengan TikTok.

“Saya teringat dengan konten Pinterest dulu. Isinya cuma cewek kulit putih yang membagikan gaya hidup mereka,” kata dia.

Hal ini diamini pengguna lainnya dengan username Dreamlike di Lemon8. Menurut dia, bagian ‘For You’ tak mencerminkan konten yang sesuai seleranya.

“Setiap saya melihat laman ‘For You’, semuanya sangat terkurasi dan cantik. Sangat membosankan,” ujarnya.

“Rasanya seperti aplikasi ini dibuat oleh para kreator untuk para kreator,” kata Thompkins.

Menurut Thompkins, dia mungkin akan mencoba memberi kesempatan kedua bagi Lemon8. Syaratnya, aplikasi itu harus memperbaiki algoritma kontennya.

Setidaknya, aplikasi memberikan pilihan ‘hide’ (sembunyikan) konten tertentu agar pengguna tak bosan dengan visual yang itu-itu saja. CNBC