Kabar tidak baik datang dari global. Pascapandemi Covid-19, perekonomian global masih dihadapkan oleh tantangan berat.

Perlambatan ekonomi tidak bisa dihindari, seiring dengan perang Ukraina dan Rusia yang belum jua usai, tingginya tingkat suku bunga dan krisis utang yang membebani separuh dunia.

Hal ini pun yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sepulangnya dari pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Gujarat, India, minggu lalu, 16-18 Juli 2023.

Dia mengatakan koleganya, menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, sepakat bahwa kondisi ekonomi global belum kembali ke kondisi normal. Alhasil, pertemuan ini berada dalam suasana yang tidak cukup baik.

“Banyak yang gambarkan kondisinya (ekonomi global) melemah, meski diakui pelemahannya tidak seburuk seperti yang diprediksikan tahun lalu,” paparnya, dalam Konferensi Pers APBN Kita, dikutip Selasa (25/7/2023).

Menurut Sri Mulyani, banyak Menteri Keuangan yang menceritakan situasi negaranya cukup buruk. Indikatornya dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang lemah, inflasi tinggi maupun ruang fiskal yang sempit.

“Tren pelemahan itu banyak dilaporkan negara-negara G20 terutama negara-negara besar,” terangnya.

Tergambar, Purchasing Managers’ Index (PMI) banyak negara maju mengalami kontraksi. Sebanyak 61,9% negara-negara di dunia mengalami kontraksi PMI. Negara tersebut a.l. AS, Eropa, Jerman, Inggris, Jepang, Perancis, Italia, Afrika Selatan, Brasil, Singapura dan Malaysia.

“Artinya PMI-nya di bawah 50 dan ini negara-negara yang memiliki peran besar terhadap ekonomi dunia, yaitu Amerika, Eropa, Jerman, Prancis, Jerman, Jepang, Korea,” paparnya.

Padahal, dia menuturkan negara-negara ini adalah negara yang memiliki pengaruh besar pada perdagangan dunia.

“Sehingga PMI dari negara-negara ini patut kita waspadai. Apakah ini kecenderungan akan terus melemah dan tentu pada akhirnya mempengaruhi kondisi kinerja perekonomian global,” ujarnya.

PMI Indonesia, kata Sri Mulyani, masih mengalami ekspansi yang terus terakselerasi.

“Artinya Indonesia terus bertahan pada posisi ekspansi dan bahkan sekarang posisi akselerasi sementara sebagian besar negara-negara yang merupakan pelaku ekonomi dunia mengalami deselerasi,” kata Sri Mulyani.

Hal ini juga menggambarkan bahwa ekonomi Indonesia cukup positif. Sri Mulyani bahkan mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten tinggi di dunia.

Hal tersebut dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan di atas 5 persen dalam 6 kuartal berturut-turut. Bahkan, pertumbuhan ini berpotensi berlanjut pada kuartal II-2023.

Sri Mulyani mengatakan angka pertumbuhan yang konsisten ini dicapai di tengah perang, kenaikan harga pangan, energi serta kenaikan suku bunga. CNBC