Wajah Banjar dulu dan sekarang sungguh jauh beda.

Pada pertengahan tahun 80-an kita masih menyaksikan hamparan tanah kosong atau rumah sederhana warga dari bahan kayu.

Dua puluh tahun kemudian terjadi perubahan sangat signifikan wajah banua. Tadinya belum banyak bangunan beton berubah menjadi “hutan” rumah dan toko (ruko).

Perumahan kelas menengah atas pun mulai tumbuh. Dengan embel-embel Residence.

Pemandangan “kelam” dan “kuno” berbentuk persegi empat tempat buang hajat di atas air gambut berwarna kecoklatan pun sirna.

Sungai menghilang ditutup jembatan ruko dan bangunan perumahan.

Kini, hampir empat puluh tahun berlalu, nyaris semua lokasi telah disulap menjadi kawasan perniagaan alias pusat bisnis. Dari ruko, gudang distributor, minimarket retail, workshop, gerai otomotif, rumah makan dan resto, perbankan hingga hotel.

Sulit mencari titik kosong kecuali satu dua saja lagi. Semuanya telah menjadi Banjarmasin baru alias Banjarmasin plus.

” Tahun 80-an lewat Pal 6 itu belum ada ruko-rukoan. Pahumaan (sawah) aja sepanjangan,” ujar Husin, 70 tahun, Jumat (18/8/2023).

Dulu batas luar kota hanya sampai Pal 6 dengan ikon Terminal Km 6 yang menjadi titik pertemuan moda transportasi Antar Kota/Kabupaten di Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur.

Kini, seiring perkembangan wilayah, batasan luar kota memanjang sampai pal 17 dengan pusat pertemuan baru di Terminal Gambut Barakat, Jalan A. Yani Km 17. BA