Laba bersih PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), emiten batu bara milik konglomerat Boy Garibaldi Thohir pada semester I 2023 merosot 27,94% jadi US$ 873,83 juta dibandingkan semester pertama 2022. Tergerusnya pendapatan menjadi pemicu pelemahan laba perusahaan.
Pendapatan usaha tertekan 2% (yoy) menjadi US$ 3,47 miliar dan beban pokok pendapatan naik hingga 34% (yoy) menjadi US$ 2,03 miliar.
Adapun volume produksi dan penjualan dari seluruh entitas bisnis Adaro mencatatkan kenaikan 19%, masing-masing menjadi 33,41 juta ton dan 32,62 juta ton.
Namun, harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara ADRO turun 18%. Posisi keuangan perseroan tetap sehat dengan kas bersih US$ 1,32 miliar hingga akhir Juni 2023.
“Paruh pertama tahun 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya,” tutur Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir dikutip Investor Daily, Rabu (23/8/2023).
Soal beban pokok meningkat, dia menjelaskan, penyebab utamanya biaya royalti PT Adaro Indonesia (AI) yang meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu. Ditambah kenaikan total biaya bahan bakar 13%, seiring kenaikan 17% pada konsumsi bahan bakar.
Manajemen menjelaskan, royalti kepada pemerintah naik 67% menjadi US$ 853 juta, sedangkan beban pajak penghasilan turun 65% menjadi US$ 244 juta pada semester pertama.
Setelah memperoleh izin usaha pertambangan khusus (IUPK-KOP) pada September 2022, Adaro Indonesia menerapkan ketentuan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sesuai aturan yang berlaku mulai 1 Januari 2023.
IUPK-KOP tersebut meningkatkan tarif royalti Adaro dari 13,5% menjadi 14-28%. Namun, pajak penghasilan badan turun dari 45% menjadi 22%.
IUPK-KOP ini juga mengakibatkan perubahan pada bisnis AI, seperti porsi PNBP bagi pemerintah pusat dan daerah, sesuai peraturan perundang-undangan. AI meliputi 75% produksi ADRO pada paruh pertama 2023.
Di samping itu, pengupasan lapisan penutup dalam operasional sepanjang Januari-Juni 2023 naik 27% jadi 129,83 juta bcm dengan nisbah kupas tercatat 3,89x atau naik 7%.
Adapun biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada semester pertama tahun ini naik 23%.
Pada periode sama, beban usaha Adaro Energy naik 68% (yoy) menjadi US$ 241 juta, terutama karena PNBP dan pendapatan pemerintah daerah yang masih harus dibayar, hingga kenaikan beban penjualan dan pemasaran.
Manajemen menegaskan, kenaikan pada beban penjualan dan pemasaran sesuai dengan kenaikan volume penjualan.
Source : Berita Satu