Pada zaman dulu bertani masih merupakan profesi yang banyak menghasilkan harta. Apalagi bagi mereka yang memiliki tanah luas.
Memiliki sawah dalam hitungan ratusan borongan bisa membuat pemiliknya dapat berangkat haji ke Mekkah.
Apakah demikian pada tahun 2000-an? Jawabnya sungguh sulit. Karena hasil dari sawah tidak semelimpah dulu.
“Dulu mehanyari banih orang mengadakan upacara selamatan. Menaburi minyak bolekat di buncu-buncu sawah,” ujar Kai Pal 7 dalam pembicaraan ringan di Pemurus, Banjarmasin Selatan, Senin (28/8/2023).
Hasilnya beberkah. Melimpah ruah. Si petani bisa menabung untuk ongkos naik haji.
“Sekarang kur sumangat (roh) padi sudah tak ada. Yang ada tanah dikur (tanah dijual untuk menutup biaya hidup,” tukas Amat, warga lainnya.
Rata-rata sekarang para pemilik pahumaan (sawah) menjual asetnya yang tidak menghasilkan itu kepada pengembang perumahan.
Profesi tani pun kini hanya menjadi catatan sejarah. BA