Mantan Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla (JK) belum lama ini turut menyoroti mengenai pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia.

Khususnya komoditas nikel, yang dinilai dikuasai oleh negara tertentu yakni China.

Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, Muhammad Toha memandang terminologi kata ‘dikuasai’ oleh China sebagai sesuatu hal yang negatif.

Faktanya, bahwa sejak 30 tahun pihaknya melakukan kegiatan penambangan dan pabrik pengolahan nikel di Indonesia hanya ada dua smelter yang terbangun.

“Sebelum tahun 2015 pabrik pengolahan nikel di Indonesia itu ada dua, dimiliki PT Vale Indonesia yang ada di Sorowako di mana investornya adalah dari perusahaan Kanada dan yang kedua dari PT Antam Tbk,” kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Selasa (5/12/2023).

Kemudian, setelah pemerintah membuka investasi kepada investor global untuk menggenjot program hilirisasi komoditas nikel, rupanya banyak investor asal China yang tertarik membangun proyek smelternya di Indonesia. Ditambah lagi mereka datang membawa teknologi mumpuni.

“Itu adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri dan sejak 2017 hingga 2022 yang lalu investasi di bidang nikel di pabrik pengolahan dan tambang nikel hampir US$ 17 miliar dimana hampir 90% adalah dari investasi asing itu faktanya,” kata Toha.

Toha menegaskan pada saat itu pemerintah sebetulnya juga membuka peluang yang sama kepada semua investor dari luar negeri. Namun kembali lagi, perusahaan-perusahaan China mempunyai minat yang lebih tinggi dibandingkan negara lain dalam pembangunan smelter di Indonesia.

“Faktanya seperti itu. Jadi konotasi bahwa itu dikuasai dalam arti yang negatif saya tidak sepenuhnya setuju karena pada dasarnya pemerintah memberikan peluang yang sama kepada semua investor,” ujarnya.

Sebelumnya, JK mengkritisi sikap rendah diri yang dimiliki Indonesia terkait pengelolaan sumber daya alam di dalam negeri.

Padahal, seharusnya Indonesia bisa mempunyai sikap percaya diri dan berjuang dalam penguasaan teknologi.

“Kenapa kita selalu tidak percaya diri, kita bicara banyak hal, kita bicara nikel, 90% nikel ini dikuasai China karena mereka selalu menganggap teknologi adalah mereka. Kita selalu harga diri rendah, seakan-akan tidak bisa menguasai teknologi,” katanya dalam Economix FISIP UI, dikutip Selasa (28/11/23).

Menurut JK, Indonesia sendiri diperkirakan akan mengoperasikan sejumlah 116 smelter pada beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, seharusnya teknologi pengoperasian di pabrik smelter juga dapat dikuasai oleh Indonesia.

“Perusahaan itu membuktikan bahwa semua bisa dilaksanakan dengan teknologi dan kita bisa menguasai teknologi itu, smelter, apapun, listrik apa pun bisa kita kuasai,” kata JK.

Source : CNBC Indonesia