Kain sasirangan yang sebelum tahun tahun 80-an kurang begitu dikenal, kini menjadi industri kreatif unggulan yang menjadi sumber ekonomi perputaran uang yang dilirik perbankan.
Toko-toko penjual sasirangan pun tumbuh bertebaran di sejumlah sudut kota Banjarmasin.
Namun tahukah pembaca, bagaimana sesungguhnya proses pembuatan kain sasirangan yang riwayatnya tak luput dari unsur mistik lokal itu?
Proses pembuatan sasirangan gaya tradisional dengan corak baru, menurut tokoh perintis pengembangan industri kain sasirangan, Ida Fitriah Kesuma, tak lepas dari unsur pewarnaan (zat warna).
Berikut Cara Pembuatan Kain Sasirangan ala sang Maestro Ida Fitriah Kesuma :
Bahan :
1. Kain mori putih (vualisima) yang mengandung katun 100 persen
2. Kain sutra 100 persen
3. Kain primisima, kain king, kain santung
4. Benang sirang DMC
5. Peralatan: kertas, pensil, gunting dan lain-lain utnuk membuat lukisan
6. Jarum jahit yangt besar lubangnya dan meja gambar (lukis)
7. Peralatan untuk pewarnaan:
– Meja pewarnaan
– Mangkok tempat penghancur warna
– Kapas, sarung tangan
– Baskom-baskom pencelupan warna
– Panci untuk penjerangan
Cara Pengerjaan:
– Mori apabila mengandung kanji harus dicuci terlebih dahulu atau direndam satu malam. Air rendaman diberi kaporit secukupnya supaya kainji mudah (cepat) larut.
– Kain dipotong-potong menurut ukuran yang dimaksud.
– Kain dilukis dengan motif tradisional.
– Kain disirang (dijahit jelujur) dengan menggunakan benang sirang dan jarum, dikerut sampai rapat sehingga kuat.
Ida menyebutkan, warna yang bagus, mudah digunakan dan hasilnya baik adalah zat warna Naphtol karena daya rembesnya kurang cepat menjalar (untuk pewarnaan dingin). Sedangkan untuk pewarnaan panas dapat dipakai zat warna Bejana.
Dengan kadar-kadar dosis tertentu, pencampuran zat warna Naphtol akan menghasilkan warna-warna variasi hitam, biru tua, biru sedang, coklat, merah tua, hijau tua, violet, kuning, oranye, rose dan pelbagai variasi hasil kombinasi warna lain. YA