Putri Dalam Petung adalah raja pertama Kerajaan Paser di Sadurangas yang berkuasa pada periode 1516 – 1567. Ia adalah putri Patih Aria Manau dari Kuripan.

Menurut sumber Banjar, cikal bakal kerajaan Paser berasal dari kerajaan Kuripan (di Kota Amuntai), yang pada pertengahan abad ke-16 telah mengadakan pengembaraan ke daerah Paser.

Bahkan, Putri Dalam Petung sendiri, menurut riwayatnya, adalah putri dari keraton Negara Dipa yang dilarikan saat masih bayi karena terjadinya perang saudara di Rantau Panyabrangan. (Anggraini Antemas, Orang2 Terkemuka dalam Sedjarah Kalimantan).

Patih Aria Manau kemudian menyusul bayinya yang dibawa lebih dulu oleh Tumenggung Duyung dan Tumenggung Tukiu (dua orang panglima kerajaan Kuripan) ke Sadurangas.

Aria Manau mengganti namanya menjadi Kakah Ukop, dan putrinya itu diberikan nama Putri Pitung (Putri Dalam Petung).

Putri Dalam Petung kawin dengan seorang mubaligh Islam dari Giri bernama Abu Mansyur Indra Jaya.

Pada abad-abad belakang datanglah pengembara-pengembara Arab dari Kalimantan Barat dan juga pelarian-pelarian Bugis dari Sulawesi, sehingga terjadilah kawin-mawin dengan keluarga raja.

Anak cucu Putri Dalam Petung yang telah bercampur dengan Arab dan Bugis inilah yang turun menurunkan Sultan-sultan bangsawan di Paser hingga sekarang.

Paser kini adalah nama salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Kota Grogot merupakan ibukota Kabupaten Paser.

Sultan Paser Ibrahim Chaliluddin

Sultan Ibrahim Chaliluddin adalah raja terakhir Kerajaan/Kesultanan Paser yang bertahta di Sadurangas (Pasir) menjelang abad ke-20. Pada bulan Februari tahun 1916, Sultan Ibrahim ditangkap Belanda kemudian diasingkan ke Jawa dan akhirnya meninggal dunia di Cianjur, Jawa Barat. YA

Daftar nama Raja-raja Kesultanan Paser (Sadurangas) :

Ratu Putri Dalam Petung (Sri Sukma Dewi binti Aria Manau Deng Giti) 1516 – 1567
Raja Adjie Mas Patih Indra bin Abu Mansyur Indra Jaya 1567 – 1607
Raja Adjie Mas Anom Indra bin Adjie Mas Patih Indra 1607 – 1644
Raja Adjie Anom Singa Maulana bin Adjie Mas Anom Indra 1644 – 1667
Sultan Panembahan Sulaiman I (Adjie Perdana) bin Adjie Anom Singa Maulana 1667 – 1680
Sultan Panembahan Adam I (Adjie Duwo) bin Adjie Anom Singa Maulana 1680 – 1705
Sultan Adjie Muhammad Alamsyah (Adjie Geger) bin Adjie Anom Singa Maulana 1703 – 1726
La Madukelleng (Arung Matoa dari Wajo, Bugis, Makasar) 1726 – 1736
Sultan Sepuh I Alamsyah (Adjie Negara) bin Adjie Geger 1736 – 1766
Sultan Ibrahim Alamsyah (Adjie Sembilan) bin Surya Nata Negara 1766 – 1786
Ratu Agung 1786 – 1788
Sultan Dipati Anom Alamsyah (Adjie Dipati) bin Adjie Sembilan 1788 – 1799
Sultan Sulaiman II Alamsyah (Adjie Panji) bin Ratu Agung 1799 – 1811
Sultan Ibrahim Alamsyah (Adjie Sembilan) 1811 – 1815
Sultan Mahmud Han Alamsyah (Adjie Karang) bin Adjie Masnad 1815 – 1843
Sultan Adam II Adjie Alamsyah (Adjie Adil) bin Adjie Masnad 1843 – 1853
Sultan Sepuh II Alamsyah (Adjie Tenggara) bin Adjie Kemis 1853 – 1875
Pangeran Adjie Inggu (Putra Mahkota) bin Adjie Tenggara 1875 – 1876
Sultan Abdur Rahman Alamsyah (Adjie Timur Balam) bin Adjie Alamsyah (Adjie Adil) 1876 – 1896
Sultan Muhammad Ali (Adjie Tiga) bin Adjie Karang 1876 – 1898
Sultan Ibrahim Chaliluddin (Adjie Medje/Medjah) bin Adjie Gapa 1899 – 1908

Sumber: Pangeran Adjie Benni Syarief Fiermansyah Chaliluddin