Pada zaman prasejarah, dataran rendah alluvial yang meliputi sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dewasa ini, adalah sebuah Teluk Besar yang dalam dan menjorok jauh ke pedalaman.
Menjelang tarikh Masehi, Teluk Besar ini mulai mendangkal dan menyempit ke arah timur. Demikian juga penjorokkannya ke pedalaman sepanjang Pegunungan Meratus.
Teluk kecil inilah kemudian yang menjadi aliran-aliran sungai besar seperti Sungai Kahayan, Sungai Kapuas Murung dan Sungai Baritu (Sungai Barito).
Pegunungan Meratus masih saja tetap menghunjamkan ujungnya ke selatan arah ke Jawa Timur, tetap seperti sekarang dengan pulau Gunung Keramaian di sisinya.
Mengutip sejarawan M Idwar Saleh dalam Banjarmasih, Gunung Keramaian merupakan bukit tertinggi dan menjadi pedoman pelaut untuk menentukan arah Tanjung Selatan (Tanjung Silat) dan Muara Baritu (Muara Barito).
Dalam Negara Kertagama, Sarga XIII, daerah Pegunungan Meratus dengan Tanjung Silatnya yang jauh menghunjam ke laut itu disebut sebagai Nusa Tanjung Negara yang artinya sama dengan Pulau Hujung Tanah.
Pada daerah pinggir lereng kaki Pegunungan Meratus yang bertemu dengan dataran rendah ini terdapatlah pusat-pusat kediaman penduduk yang tertua, memanjang dari utara ke selatan, seperti Muara Tabalung, Tanjung, Kelua, Amuntai, Negara, Alai (Birayang), Amandit (Kandangan), Muning, Binuang, Karang Intan hingga sekarang.
Pada zaman Teluk Besar, Baritu (Barito) masih utuh, tanah yang timbul hanyalah Pegunungan Meratus. Ketika laut masih mencapai Muara Tewe, hanya Tanjung dan Tabalung yang berada di atas dataran tinggi. Sedang lain-lainnya masih daerah endapan lumpur yang belum padat di bawah permukaan air laut.
Menurut JJ Ras, di daerah Tabalung (Tabalong) inilah pertama kali terdapat konsentrasi koloni Melayu yang tertua, yang kemudian berkembang menjadi suku Banjar, bermigrasi dari Indonesia Barat pada permulaan abad pertama Masehi.
Mereka memasuki bagian timur Teluk Besar itu dengan lereng kaki-kaki Pegunungan Meratus sebagai pantainya.
Daerah dataran rendahnya kemudian disebut daerah Benua Lima (Negara, Alabiu, Amuntai, Sungai Banar dan Kalua) dan Benua Empat (Rantau, Gadung, Lawahan dan Muning).
Dalam wilayah tua inilah golongan Melayu ini berbaur dengan kelompok-kelompok Oloh Maanyan, Aba, Deyah, Lawangan, dan orang-orang Bukit, menelorkan inti pertama suku Banjar, mendirikan kerajaan Tanjungpura dengan ibukota Tanjungpuri yang mungkin sekali terletak di sekitar Tanjung (ibukota Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan) sekarang ini.
Tanjungpuri disebut pula Bakulapura. Bakula dalam bahasa Sanskrit adalah pohon Tanjung. Semua daerah di Kalimantan tunduk pada Tanjungpuri (Tanjungpura). YB