Tim Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalimantan Selatan dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) guna mengkaji akar permasalahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berulang di sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

“Kegiatan ini untuk mengidentifikasi permasalahan kebakaran di sekitar bandara untuk mencari solusi terbaik agar kebakaran ini tidak berulang setiap musim kemarau,” kata Prof Syarifuddin Kadir dari Tim ULM melalui keterangan tertulis di Banjarbaru, Jumat (29/12/2023).

Syarifuddin mengatakan kebakaran lahan gambut di sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor mencapai 1.553 hektare, sedangkan kebakaran di lahan mineral sekitar 19.832 hektare selama 2023.

Dia menyebut hasil identifikasi di lapangan menunjukkan kebakaran berulang terjadi di lahan kosong ataupun lahan pertanian masyarakat setempat.

Kemudian, aktivitas manusia yang disengaja ataupun tidak, seperti membuka lahan untuk kegiatan perkebunan maupun pemukiman, dan kegiatan masyarakat yang mencari ikan melakukan pembakaran tanpa mengikuti prosedur penggunaan api pada lahan gambut menjadi faktor utama terjadi kebakaran berulang.

Syarifuddin menambahkan titik api menjalar dengan sangat cepat karena tidak ada sekat bakar yang dibuat untuk menahan penjalaran api bawah permukaan (ground fire), sehingga dapat menciptakan api liar di bawah permukaan dan api sangat sulit untuk dipadamkan saat petugas menanggulangi bencana tersebut.

Di sisi lain, keterbatasan kesediaan air, prasarana pemadaman dan aksesibilitas untuk kegiatan pemantauan dan pemadaman di sekitar areal bandara susah dijangkau menyulitkan pada proses pemadaman.

Oleh karena itu, Syarifuddin mengharapkan masyarakat yang tinggal di sekitar Bandara Syamsudin Noor turut berperan dengan pemerintah maupun pihak swasta untuk menyediakan sarana prasarana, seperti pos pemantauan, sumur bor, embung dan pemeliharaan kanal, aksesibilitas dan peralatan pemadaman dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian di tingkat tapak.

Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan ULM ini menyampaikan perlu dilakukan kegiatan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat pemilik lahan maupun penggarap agar menjaga lahan dari bahaya kebakaran.

Selain itu, meningkatkan sosialisasi terkait inovasi teknologi pembukaan lahan tanpa bakar, pemeliharaan embung, kanal dan pintu air serta pembuatan sekat bakar pada areal yang terindikasi rawan terhadap bahaya kebakaran terutama saat musim kemarau.

“Perlu juga pembuatan peta daerah rawan kebakaran dan aksesibilitas untuk pemantauan dan kegiatan pemadaman, serta melakukan pembasahan (rewetting) di areal yang terindikasi rawan kebakaran untuk mempertahankan tinggi muka air,” ujar Ketua Tim Ketua Penelitian Kebakaran Berulang di Kalimantan Selatan ini.

Diharapkan Syarifuddin pula, program upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan hendaknya terintegrasi ke Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) provinsi/kabupaten/kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi/kabupaten/kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota.

Sementara itu, Lurah Kelurahan Guntung Payung Taupik Mubaroq menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membakar saat membersihkan lahan, serta memasang spanduk peringatan di sepanjang jalan dan daerah rawan terjadi kebakaran.

“Kami juga telah bekerja sama dengan pihak kepolisian melakukan patroli untuk memantau titik-titik api di daerahnya,” ucap Taupik.

Selanjutnya, Kepala BPBD Kabupaten Banjar Warsita mengungkapkan seluruh pemangku kepentingan terlibat aksi strategis dan kesiapsiagaan dengan menetapkan status siaga darurat, serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Warsita mencontohkan seperti patroli lebih awal di daerah yang rawan karhutla dan melaksanakan sosialisasi pelaksanaan pembukaan lahan tanpa bakar.

“Harapannya, ada pos-pos pemantauan yang melibatkan masyarakat di tingkat tapak yang menyediakan sarana prasarana dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian karhutla,” ujar Warsita.

Source : Antara