Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. UMKM mampu menyerap tenaga kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, UMKM juga berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) negara.
Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi Nasional.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM RI, nilai transaksi UMKM dalam perekonomian Indonesia selama tiga tahun terakhir tercatat sebesar Rp8.573,89 triliun atau sekitar 61,07 persen dari PDB pada tahun 2020, Rp9.120 triliun (60,50 persen dari PDB) pada tahun 2021, dan Rp9.700 triliun (60,40 persen dari PDB) pada tahun 2022.
Nilai transaksi UMKM mencerminkan kontribusi UMKM terhadap perekonomian Nasional, yang terus meningkat, meskipun menghadapi dampak pandemi COVID-19. UMKM menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi Indonesia.
Salah satu cara untuk memberdayakan UMKM adalah dengan mengoptimalkan partisipasi UMKM dalam belanja pemerintah pusat.
Belanja pemerintah pusat merupakan bentuk realisasi rencana kerja pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Belanja pemerintah pusat harus dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat.
Dengan mengikutsertakan UMKM sebagai penyedia barang dan jasa dalam belanja pemerintah pusat, maka dapat memberikan dampak positif bagi UMKM, pemerintah, dan masyarakat.
Manfaat BMC
Bisnis Model Canvas (BMC) pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder pada tahun 2005. BMC menjadi populer karena kemampuannya membantu bisnis merancang model bisnis yang efektif dan efisien. BMC memungkinkan bisnis untuk memvisualisasikan model bisnis mereka dalam bentuk yang mudah dipahami dan diakses oleh semua orang dalam organisasi.
Penerapan BMC juga memungkinkan bisnis untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan membuat perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja bisnis.
Konsep bisnis BMC banyak digunakan saat ini. Bahkan, beberapa perusahaan besar, seperti Honda, Toyota, hingga Amazon, memiliki konsep bisnis yang sesuai dengan jenis usaha dan strategi bisnisnya.
BMC merupakan kerangka kerja manajemen strategis yang dapat membantu bisnis dalam memvisualisasikan dan merancang model bisnis mereka. Konsep bisnis ini terdiri atas sembilan elemen yang penting bagi bisnis untuk beroperasi dengan sukses.
Elemen-elemen tersebut adalah segmen pelanggan, yaitu audiens target untuk bisnis; proposisi nilai atau nilai unik yang ditawarkan bisnis kepada pelanggan; saluran (metode yang digunakan untuk mencapai pelanggan dan memberikan proposisi nilai); hubungan pelanggan; sumber pendapatan; kegiatan utama, yaitu kegiatan paling penting yang harus dilakukan bisnis untuk memberikan proposisi nilai; sumber daya utama (sumber daya yang dibutuhkan bisnis untuk melakukan kegiatan utama); mitra utama (mitra yang dibutuhkan bisnis untuk bekerja sama dalam memberikan proposisi nilai); serta struktur biaya (biaya yang terkait dengan menjalankan bisnis).
Dalam konteks pengembangan UMKM di Indonesia, berdasarkan elemen-elemen tersebut, segmen pelanggan meliputi UMKM di sektor pertanian dan perkebunan, perdagangan, serta sektor jasa (misalnya pariwisata, konsultasi, keuangan).
Proposisi nilai meliputi produk atau layanan berkualitas dengan harga terjangkau, peningkatan aksesibilitas dan kenyamanan bagi pelanggan, serta peningkatan kualitas dan efisiensi operasional.
Saluran distribusi yang digunakan adalah penjualan langsung di lokasi atau toko fisik, e-commerce dan platform online, dan kerja sama dengan mitra distribusi lokal.
Dalam hubungan dengan pelanggan, maka dibutuhkan pelayanan pelanggan yang baik dan responsif, serta membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui program loyalitas dan pemasaran langsung.
Sumber pendapatan UMKM meliputi penjualan langsung kepada pelanggan, kerja sama dengan pihak ketiga (misalnya reseller atau distributor), dan pengembangan produk baru atau variasi produk yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan.
Sebagai sumber daya kunci bagi UMKM adalah modal usaha atau investasi yang cukup, tenaga kerja yang terampil dan berdedikasi, ketrampilan manajemen, keahlian teknis, dan pengetahuan pasar.
Sementara untuk kegiatan kunci adalah produksi atau pembuatan produk, pemasaran dan promosi produk, pengaturan dan pengelolaan stok, dan pengembangan inovasi produk dan proses.
Mitra kunci UMKM meliputi pemasok bahan baku dan peralatan, institusi keuangan (misalnya bank atau lembaga pembiayaan), pelaku industri terkait (misalnya asosiasi bisnis, penyedia logistik).
Struktur biaya terkait untuk menjalankan bisnis mencakup biaya produksi atau pembuatan produk, biaya bahan baku dan persediaan, gaji dan insentif karyawan, pengeluaran pemasaran dan promosi.
Sementara metrik kuncinya adalah pertumbuhan penjualan dan pendapatan, tingkat kepuasan pelanggan, cakupan pasar dan peningkatan pangsa pasar, tingkat efisiensi operasional dan produktivitas.
Rekomendasi
Untuk mengoptimalkan pengembangan UMKM berdasarkan pemanfaatan BMC ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan, yaitu mendorong digitalisasi atau onboarding bagi UMKM secara luring dan menyediakan berbagai stimulus bagi UMKM yang telah terdigitalisasi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saingnya.
Kemudian mendorong legalisasi atau formalisasi bagi UMKM yang belum memiliki izin usaha, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan perlindungan hukumnya, serta memudahkan akses ke perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Selain itu, perlu mendorong peningkatan kapasitas dan kualitas UMKM melalui pameran, seminar, workshop, dan pelatihan, serta memberikan bimbingan dan fasilitasi melalui berbagai platform belanja dan pengembangan usaha yang difasilitasi pemerintah. (Lucky Akbar, ASN pada Kementerian Keuangan RI)