Harga batu bara mengalami penurunan signifikan hingga mencapai posisi terendah sejak 4 Juni 2021, atau sekitar 2,5 tahun terakhir.

Penurunan ini terjadi seiring dengan produksi batu bara Indonesia dan India 2024 diperkirakan akan semakin tinggi, sehingga membanjiri pasokan.

Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (29/1/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 115,50 per ton atau ambruk 2,9% atau nyaris 3%. Harga tersebut menjadi yang terendah sejak 4 Juni 2021 yang sebelumnya mencapai US$ 110,25 per ton.

Penurunan harga terjadi seiring dengan sisi pasokan di Indonesia yang diperkirakan akan semakin meningkat. Tambahan persediaan akan terjadi seiring dengan tambahan kuota produksi yang disetujui pada Jumat (19/1/2024).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa tren produksi batu bara dalam negeri akan terus meningkat, bahkan pada tahun 2024 mendatang produksi batu bara dalam negeri ditargetkan bisa mencapai 710 juta ton.

Hal itu seperti yang dikatakan oleh Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif. Dia menyebutkan, proyeksi produksi pada tahun depan itu lebih tinggi dibandingkan target produksi tahun ini yang sebesar 694,5 juta ton.

Dari target produksi 710 juta ton pada 2024, dia menyebut, pemanfaatan batu bara untuk kepentingan dalam negeri diperkirakan mencapai 220 juta ton.

Mengutip data Kementerian ESDM, per 19 Desember 2023, realisasi produksi batu bara dalam negeri tercatat sudah mencapai 734,12 juta ton atau 105,7% dari target tahun ini sebesar 694,5 juta ton.

Adapun realisasi ekspor batu bara sudah mencapai 372 juta ton dari target 460 juta ton atau sudah terealisasi sebesar 80,87%. Namun, data ini masih akan terus diperbarui secara berkala.

Sentimen ini menyebabkan adanya peningkatan dalam penawaran di pasar, sehingga harga semakin menurun.

Seiring dengan sentimen tersebut, harga batu bara termal Indonesia juga mengalami penurunan pekan lalu. Melansir CoalMint, harga batu bara jenis kalori rendah (3400 GAR) turun sebesar US$0,09 per ton menjadi US$37,31 per ton, sedangkan harga batu bara jenis kalori tinggi (5800 GAR) turun sebesar US$0,09 per ton menjadi US$92,84 per ton.

Di sisi produksi, Coal India Ltd (CIL), yang menguasai 90% produksi batu bara India, berencana meningkatkan produksi dari tambang bawah tanah menjadi 31 juta ton sepanjang kuartal-I 2024. CIL juga berambisi meningkatkan lebih lanjut menjadi 42 juta ton pada kuartal-II 2023.

Meskipun biaya tambang bawah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan tambang terbuka, Coal India memaksimalkan ekstraksi batu bara yang lebih tinggi dari deposit yang lebih dalam tanah. Selain itu, metode ini lebih ramah lingkungan dan menyebabkan dampak minim terhadap tanah, air, dan udara.

Direktur Teknik Coal India, B Veera Reddy, menyatakan bahwa keuntungan dari tambang bawah tanah adalah dampak minimal terhadap parameter lingkungan seperti tanah, air, dan udara.

Produksi batu bara dari tambang bawah tanah di India saat ini sekitar 4% dari total produksi dan Kementerian Batu Bara berencana meningkatkan menjadi 10% dalam tujuh tahun mendatang.

Pada 15 November 2023, Sekretaris Batu Bara Amrit Lal Meena menyatakan bahwa Kementerian berusaha meningkatkan produksi dari tambang bawah tanah menjadi 100 juta ton pada 2030, dari 26 juta ton saat ini. Fokusnya adalah mengurangi dampak lingkungan dan dampak sosial seperti deforestasi besar-besaran dan pengusiran masyarakat.

Source : CNBC Indonesia