Kondisi masyarakat kelas menengah Indonesia mulai jadi sorotan.
Lemahnya konsumsi kelas tersebut selama 2023 mengindikasikan isi kantong yang mulai terkuras karena berbagai faktor.
Sampai kapan?
Tim Ahli Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan salah satu penyebabnya adalah era suku bunga tinggi. Kondisi tersebut seharusnya sudah berakhir sekarang.
“Dengan inflasi di Indonesia yang sudah turun menjadi 2,57%, ini seharusnya memang suku bunga yang tinggi sudah seharusnya mulai diturunkan,” kata Iskandar kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin, (12/2/2024).
Iskandar mengatakan saat ini bank sentral Amerika Serikat atau The Fed telah memberi sinyal bahwa mereka akan mulai menurunkan suku bunganya di semester II 2024 ini.
Menurut dia, dengan kebijakan The Fed yang mulai menurunkan suku bunga acuan maka diharapkan konsumsi rumah tangga juga ikut terdongkrak.
“Apabila suku bunga ini turun lebih cepat, kita harapkan nanti konsumsi rumah tangga bisa terdorong lebih tinggi, sehingga pertumbuhan kita bisa lebih tinggi dari 2023,” kata dia.
Iskandar mengatakan dengan adanya ancang-ancang The Fed menurunkan suku bunga, Bank Indonesia juga seharusnya sudah memulai persiapan untuk melakukan hal serupa.
Dia menilai semakin cepat suku bunga turun, maka semakin cepat pula konsumsi kelas menengah di Indonesia akan naik sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024.
“Kalau bisa lebih cepat, maka konsumsi ini terus bisa meningkat dan juga investasi kita harapkan cepat meningkat,” ujar dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05%. Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan daripada tahun 2022 yang mencapai 5,31%.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini ditengarai disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang melambat. Hal tersebut terlihat dari data konsumsi rumah tangga yang hanya mampu tumbuh 4,82% pada 2023, dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,94%.
Porsi konsumsi rumah tangga dalam struktur keseluruhan ekonomi atau produk domestik bruto merupakan yang terbesar, yakni 53,18%. Diikuti investasi atau pembentukan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 29,33%, dan ekspor 21,75%.
Ekonom senior yang juga merupakan Co-founder Creco Research Raden Pardede mengatakan, melambatnya konsumsi rumah tangga itu disebabkan oleh kecenderungan perlambatan belanja dari kelas menengah.
“Memang kelas bawah masih cukup baik, demikian juga kelas atas, tapi kelas menengah ini sedikit melambat, kelas ini yang paling kritis selalu,” kata Raden dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (6/2/2024).
Melambatnya belanja kelas menengah ini menurut Raden karena terpengaruh oleh perubahan harga, khususnya harga-harga di sektor transportasi dan akomodasi. Pertumbuhan kedua sektor ini pun juga anjlok pada 2023 meski masih tumbuh tinggi.
Source : CNBC Indonesia