Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau mengalami koreksi signifikan satu hari menjelang pemilihan umum (Pemilu) presiden Indonesia, Rabu (14/2/2024) besok.
Pada perdagangan intraday sesi I Selasa (13/2/2024), IHSG sempat tersungkur 0,85% ke 7.235,01 dibebani kinerja negatif sejumlah emiten raksasa, khususnya yang ada dalam portofolio milik taipan terkaya RI Prajogo Pangestu.
Hingga pukul 10.45 WIB, total transaksi tercatat senilai Rp 3,67 triliun, melibatkan 7,02 miliar saham dan berpindah tangan 630.569 kali. Tercatat ada 183 saham yang menguat, 293 terkoreksi dan 220 lainnya stagnan.
Secara sektoral hanya industri, kesehatan dan transportasi yang mengalami penguatan pada perdagangan hari ini. Sementara dari sekian banyak sektor yang tertekan, sektor teknologi dan basic material mengalami koreksi paling dalam masing-masing sebesar 0,89% dan 0,87% pagi ini.
Secara spesifik, dua penggerak utama karamnya IHSG hari ini didorong oleh kinerja suram saham milik Prajogo Pangestu. Chandra Asri Pacific (TPIA) menjadi emiten yang paling menekan kinerja IHSG dan tercatat turun 11,57% pada perdagangan intraday pagi ini. Koreksi ini berkontribusi atas penurunan 17,48 indeks poin IHSG.
Kemudian ada emiten panas bumi Barito Renewables Energy (BREN) yang terkoreksi 6,42% dan memangkas 9,67 indesk poin. Lalu ada Bank Central Asia (BBCA), emiten batu bara Prajogo Pangestu Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan emiten tambang salim Amman Mineral International (AMMN) yang melengkapi 5 besar emiten pemberat IHSG pada perdagangan pagi ini, dengan pelemahan sekitar 3 indeks poin.
Pada pekan pemilu ini (12-16 Februari 2024) pelaku pasar berpotensi menimbulkan aksi wait and see. Investor akan memantau hasil Pemilu 2024 yang berlangsung besok.
Selain wait and see menjelang hari puncak Pemilu 2024 pada esok hari, investor juga cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Januari 2024.
Sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa inflasi AS mencapai 3,4% (year-on-year/yoy) pada Desember 2023, naik dari 3,1% pada November 2023. Secara bulanan (month-to-month/mtm), tingkat inflasi AS mencapai 0,3%, meningkat dari 0,1% pada bulan sebelumnya.
Pelaku pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai tipis ke 2,9% pada Januari 2024. Jika perkiraan ini meleset maka dampaknya bisa besar kepada pasar keuangan dunia.
Sementara jika inflasi sesuai ekspektasi atau bahkan lebih rendah, maka hal ini akan memberikan dorongan untuk bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) agar semakin cepat dalam memangkas suku bunganya sebab target inflasi di level 2% semakin dekat.
Source : CNBC Indonesia