Nilai tukar rupiah tiba-tiba berbalik arah ke zona merah pada perdagangan sesi II Selasa (13/2/2024) setelah sebelumnya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan sesi I.
Naik turunnya nilai tukar mata uang Garuda terjadi di tengah antisipasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 esok hari (14/2/2024) yang dinantikan oleh seluruh pelaku pasar.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah ke angka Rp15.605/US$ atau melemah 0,10% pada pukul 14.10 WIB.
Sedangkan indeks dolar AS (DXY) di waktu yang sama, tercatat malah melemah tipis 0,01% ke posisi 104,16 atau lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Senin (12/2/2024) di angka 104,17.
Depresiasi rupiah terjadi sehari sebelum hari pemungutan suara esok hari sehingga investor cenderung bersikap wait and see.
Selain wait and see menjelang hari puncak Pemilu 2024 pada esok hari, investor juga cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Januari 2024.
Sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa inflasi AS mencapai 3,4% (year-on-year/yoy) pada Desember 2023, naik dari 3,1% pada November 2023. Secara bulanan (month-to-month/mtm), tingkat inflasi AS mencapai 0,3%, meningkat dari 0,1% pada bulan sebelumnya.
Inflasi yang di atas ekspektasi atau bahkan di atas periode sebelumnya, akan berdampak negatif bagi pasar keuangan termasuk mata uang Garuda.
Jika inflasi kembali merangkak naik, maka suku bunga bank sentral AS (The Fed) berpotensi ditahan dalam waktu yang lebih lama (higher for longer). Hal ini berujung pada kenaikan DXY dan tekanan bagi rupiah.
Source : CNBC Indonesia