Kediaman Menteri Pertahanan dan Calon Presiden, Prabowo Subianto, di Jl. Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan menjadi topik perbincangan banyak orang belakangan ini. Pasalnya, di sana terjadi berbagai kegiatan politik yang menarik jelang Pilpres 2024 di tempat ini.

Barang kali ketenaran Jl. Kertanegara tak membuat semua orang mengetahui soal sosok yang menjadi objek penamaan jalan. Sekaligus juga cerita heroik di baliknya.

Perlu diketahui, Kertanegara (sumber lain menyebut Kertanagara) adalah raja Kerajaan Singasari yang eksis di tahun 1268 sampai 1292 Masehi di Jawa Timur. Selama menjadi raja, Kertanegara disebut sebagai raja terbesar dan tersukses yang bisa membawa Singasari berjaya.

Selama masa kepemimpinan, cerita paling tersohor dari Kertanegara adalah soal bagaimana dia tak mau tunduk terhadap Kerajaan Mongol. Di pengujung abad ke-13, Kerajaan Mongol pimpinan Kubilai Khan sedang garang dan aktif berekspansi ke berbagai wilayah, termasuk Nusantara, kini Indonesia.

Setiap wilayah yang dia datangi diminta tunduk dan memberi upeti. Termasuk juga Tanah Jawa, yang di dalamnya terdapat Kerajaan Singasari pimpinan Kertanegara.

George Coedes dalam Asia Tenggara Masa Hindu-Budha (2017) menjelaskan, utusan Mongol berulang kali datang menemui Kertanegara untuk tunduk dan memberi upeti ke Kubilai Khan. Kedatangan orang China tersebut terjadi pada 1280, 1281, 1286, dan 1289.

Di tahun terakhir itulah terjadi kejadian paling menegangkan. Muak melihat utusan Mongol bolak-balik menemui dirinya, Kertanegara akhirnya melawan mereka karena tak sudi untuk tunduk. Akhirnya, utusan Mongol bernama Menqi itu dilukai wajahnya. Ada yang menyebut pula kupingnya dipotong langsung oleh Kertanegara.

Pada titik inilah, Kertanegara secara langsung mendeklarasikan perang dengan salah satu kerajaan terbesar di Asia. Meski begitu, dia tetap percaya diri karena secara geografi China dan Jawa terpisah jarak ribuan kilometer.

Singkat cerita, deklarasi perang terhadap Mongol itu tak pernah dikobarkan langsung oleh Kertanegara. Pasalnya, dia sudah lebih dulu tewas di tangan Jayakatwang, bupati Gelang-gelang yang kelak membangun Kerajaan Kediri.

Malah, kedatangan pasukan Mongol untuk menghabisi Singasari dimanfaatkan oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara. Wijaya mengarahkan pasukan Mongol untuk menghabisi Jayakatwang sebagai balas dendam. Setelah, Jayakatwang tewas, Wijaya menusuk dari belakang pasukan Mongol.

Pasukan Mongol yang datang pada 1293 tersebut justru berakhir tewas di tangan menantu Kertanegara. Kelak, setelah tragedi usai, Raden Wijaya mendirikan Majapahit.

Source : CNBC Indonesia