Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor yang menggulirkan program Revolusi Hijau dengan slogan “Menanam dan menanam untuk cucu anak nantinya” kembali menanam 1.000 bibit Eucalyptus.
Giat penanaman untuk penghijauan alam itu dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel di areal Forest City Perkantoran Gubernur Kalsel sekitar Kantor Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalsel, Kota Banjarbaru, Rabu (29/2/2024).
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel Fathimatuzzahra menyampaikan, pihaknya bersama Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) melaksanakan kegiatan yang digelar dua tahap.
“Selasa Kemarin sebanyak 500 bibit, hari ini sebanyak 500 bibit lagi, hingga totalnya 1.000 bibit,” ujarnya.
Diungkapkan Fathimatuzzahra, bibit Eucalyptus merupakan tanaman kayu putih yang juga dikenal dengan penghasil minyak atsiri yang banyak dihasilkan dari daunnya.
Fathimatuzzahra menuturkan pihaknya memang selalu rutin melakukan penanaman berbagai jenis kayu untuk terus menggaungkan program yang digagas Gubernur Kalsel sejak 2017 tersebut.
Sehingga lahan kritis di provinsi ini terus berkurang, hingga penghijauan alam Kalsel sebagai paru-paru dunia bisa ditingkatkan.
Apalagi, penanaman ini mengimplementasikan instruksi Presiden RI H Joko Widodo dalam melakukan penanaman disepanjang musim penghujan 2024 di setiap provinsi.
“Jadi penanaman yang kami lakukan akan menjadi contoh bagi masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan budaya menanam revolusi hijau. Mudah-mudahan aksi penanaman ini dapat menjadi amal ibadah menjelang bulan Ramadhan,” tutur Fathimatuzzahra.
Tidak hanya itu, dengan penanaman pohon akan menjadikan suasana kantor berdimensi hutan, teduh dan asri serta menciptakan kecintaan terhadap tanaman.
“Mari kita bersama-sama gelorakan revolusi hijau secara berkelanjutan dan menanamkan kesadaran bahwa setiap batang pohon yang ditanam sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan,” ucapnya.
Revolusi Hijau dicetuskan Gubernur Kalsel sejak 2017 dengan menggalakkan menanam dan terus menanam, hingga lahan kritis di Kalsel terus berkurang signifikan.
Data dari Pemprov Kalsel pada 2013 lahan kritis di provinsi setempat seluas 640 ribu hektare, sejak gerakan revolusi hijau hingga 2022 tinggal 450 ribu hektare.
Source : Antara