Nabi Muhammad lahir dan tumbuh besar di Makkah. Saat itu, Makkah adalah pusat perdagangan yang menghubungkan China dan Eropa.
Maka, tak heran kalau banyak orang-orang kaya muncul di kota ini, termasuk juga Nabi Muhammad.
Sebelum menjadi kaya, Nabi Muhammad juga pernah merasakan pedihnya mencari uang. Di masa kecil, Nabi Muhammad, yang yatim piatu dan diasuh oleh pamannya, mulai bekerja sebagai penggembala kambing. Uang hasil bekerja diberikan kepada paman untuk menyambung hidup.
Saat beranjak dewasa, Nabi Muhammad mencari pekerjaan baru, yakni ikut bekerja dengan pengusaha wanita kaya bernama Khadijah. Kebetulan Khadijah berbisnis kain. Nabi Muhammad pun sering ditugasi berjualan kain hingga ke lokasi yang jauh dari kota Makkah.
Sempat bergembala kambing dan berjualan kain membuat keterampilan berbisnis Nabi Muhammad mulai terasah. Bermodalkan itu Nabi pun mulai memupuk kekayaannya sendiri. Cara nabi memupuk kekayaan adalah dengan berinvestasi berdasarkan keterampilan yang dipunya.
Mengutip riset “The Rasulullah Way of Business” (2021), Nabi Muhammad berupaya berinvestasi di sektor peternakan, tanah, dan properti. Awalnya, Nabi Muhammad menarik para investor agar mau menaruh uang di bisnisnya. Mengenal Nabi Muhammad sebagai sosok yang jujur dan amanah, para investor tak ragu berinvestasi. Apalagi usai Nabi menjanjikan bagi hasil keuntungan usaha.
Barulah setelah uang terkumpul, Nabi Muhammad berbisnis peternakan. Nabi diketahui punya peternakan unta hingga puluhan ekor. Kepemilikan ternak saat itu memang jadi harta paling berharga masyarakat Makkah.
Selain berternak, Nabi juga investasi di tanah dan properti. Mengutip Musaffa, Nabi Muhammad SAW melakukan investasi pertamanya dengan menyewakan tanah kepada orang Yahudi dengan konsep bagi hasil.
Dia menyewakan perkebunan kurma dan tanah di Khaybar kepada orang Yahudi. Selama periode itu, dia membiarkan mereka tinggal di tanah, mengolahnya, dan berbagi keuntungan di akhir. Konsep bagi hasil seperti itu kemudian didefinisikan sebagai mudharabah .
Namun, hal mendasar yang bisa dipetik dalam investasi dan bisnis ala Nabi Muhammad adalah keharusan kita bersedekah. Islam telah mengajarkan ada hak orang lain dalam harta kekayaan kita. Dan tiap kali membantu orang lain kita akan mendapat keuntungan luar biasa.
Atas dasar inilah Nabi Muhammad tidak menimbun kekayaannya sendiri. Meskipun kaya raya, Nabi Muhammad suka bersedekah, baik berupa uang, pakaian atau makanan.
Source : CNBC Indonesia