Stroke tidak hanya bisa dialami lansia, tapi juga bisa menyerang kalangan muda.

Stroke sendiri merupakan kondisi medis yang terjadi ketika suplai darah ke bagian otak berkurang karena penyumbatan atau ketika pembuluh darah di otak pecah.

Serangan stroke dapat terjadi secara tiba-tiba dan harus ditangani segera karena dapat menjadi kondisi yang membahayakan.

Stroke lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa seseorang bisa terkena stroke pada usia berapa pun. Mereka mengatakan bahwa 1 dari 7 stroke terjadi pada orang berusia 15-49 tahun.

Penelitian dari tahun 2021 mengungkapkan bahwa 10-15% stroke terjadi pada orang dewasa berusia 18-50 tahun.

Penyebab stroke
Mengutip Medical News Today, faktor risiko terjadinya stroke biasanya karena hipertensi, peningkatan kadar gula darah, peningkatan kadar kolesterol, dan obesitas.

Ada dua penyebab utama stroke:

Suplai darah tersumbat: Ketika arteri yang memasok darah ke suatu area otak mengalami penyumbatan, hal ini menyebabkan stroke iskemik. Stroke iskemik pada orang dewasa muda jauh lebih jarang terjadi dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua.

Penyebab utama stroke iskemik adalah aterosklerosis, suatu kondisi ketika timbunan lemak yang dikenal sebagai garis plak menyumbat dinding pembuluh darah yang mensuplai otak.

Pecahnya pembuluh darah: Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak pecah, menyebabkan darah bocor ke ruang di sekitar otak. Penyebab umum stroke hemoragik meliputi:

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
Pembuluh darah melemah
Radang pembuluh darah, yang dikenal sebagai vaskulitis
Tonjolan atau titik lemah di dinding pembuluh darah otak yang pecah, yang oleh dokter disebut sebagai aneurisma pecah

Kegemukan
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disorders menyatakan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Namun, sebuah studi tahun 2021 menemukan bahwa obesitas bukanlah faktor risiko independen untuk stroke iskemik. Sebaliknya, risikonya lebih bergantung pada komplikasi obesitas, seperti tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi
Ketika darah yang bersirkulasi memberikan tekanan tinggi pada dinding arteri, hal ini dapat merusak atau menyumbat arteri yang memasok darah ke otak. Tekanan darah tinggi mempunyai hubungan dengan faktor risiko stroke iskemik lainnya, seperti aterosklerosis.

Sebuah studi tahun 2019 di American Heart Association Journals mencatat bahwa tekanan darah tinggi mempengaruhi 1 dari 8 orang berusia 20-40 tahun.

Para penulis berpendapat bahwa angka ini kemungkinan akan meningkat sebagai akibat dari perilaku gaya hidup dan menurunnya tindakan diagnostik untuk hipertensi.

Diabetes
Orang dengan diabetes lebih mungkin terkena stroke dibandingkan orang tanpa diabetes.

Diabetes adalah suatu kondisi kesehatan yang menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah. Seiring waktu, kadar gula yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, termasuk otak, sehingga menyebabkan stroke.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 95% penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Hal ini sering kali terjadi akibat kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan, dan faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi.

Diabetes mulai menjadi lebih umum dialami orang-orang muda. WHO mencatat bahwa meskipun diabetes tipe 2 biasanya hanya terjadi pada orang dewasa, penyakit ini menjadi lebih umum terjadi pada anak-anak.

Tanda-tanda stroke
Baik orang dewasa muda maupun tua dapat dengan cepat mengenali tanda-tanda peringatan stroke dengan memperhatikan tanda-tanda tertentu. Orang dapat mengingatnya dengan menggunakan akronim FAST:

F (Face) wajah: Periksa apakah salah satu sisi wajah orang tersebut terkulai, terutama saat tersenyum.

A (Arms) lengan: Jika lengan terjatuh setelah seseorang mengangkatnya, itu bisa jadi stroke.

S (Speech) ucapan: Stroke sering kali memengaruhi ucapan, menyebabkan ucapan tidak jelas.

T (Time) waktu: Jika seseorang mengalami semua gejala ini, seseorang harus segera menghubungi dokter atau pusat bantuan medis.

Tanda-tanda stroke lainnya meliputi, kebingungan, mendadak dan kesulitan memahami pembicaraan, masalah penglihatan, kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan, pusing dan sakit kepala parah yang tiba-tiba.

Pencegahan stroke
Anda dapat mencegah stroke dengan berolahraga secara teratur, mengelola kondisi medis, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular, memantau tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula darah, membatasi konsumsi alkohol, berhenti merokok dan konsumsi makanan sehat.

Source : CNBC Indonesia