Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi barunya alias all time high (ATH) menjelang rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) dan simposium pejabat The Fed.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Selasa (20/8/2024) harga emas menguat 0,39% ke angka US$2.513,74 per troy ons.

Harga penutupan ini adalah yang tertinggi sepanjang masa. Harganya mematahkan rekor sebelumnya pada Senin (16/8/2024) di posisi US$ 2.507,29 per troy ons.

Harga emas masih mengangkasa. Pada hari ini, Rabu (21/8/2024) pukul 06.25 WIB, harga emas kembali menguat tipis 0,05% ke angka US$2.514,91 per troy ons.

Dikutip dari kitco.com, faktor pendorong utama di balik lonjakan harga emas yang luar biasa ini,adalah meningkatnya antisipasi terhadap perubahan besar dalam kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Proyeksi pemangkasan suku bunga membuat indeks dolar dan imbal hasil jatuh. Indeks dolar jatuh ke 101,441 pada perdagangan kemarin, Selasa (20/8/2024).

Posisi ini adalah yang sepanjang tahun ini atau lebih dari tujuh bulan. Imbal hasil US Treasury 10 tahun juga melandai ke 3,82% atau terendah sejak 5 Agustus 2024..

Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga melemahnya dolar AS bisa membuat emas murah dibeli sehingga menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melemahnya imbal hasil bisa membuat emas semakin menarik.

Investor sangat menantikan rilis notulen dari pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) terakhir, serta pidato yang sangat dinantikan oleh Ketua The Fed Jerome Powell di simposium ekonomi Jackson Hole.

Peristiwa-peristiwa ini diharapkan akan memberikan wawasan yang lebih dalam tentang rencana bank sentral untuk penyesuaian suku bunga di masa depan.

Di kesempatan sebelumnya, Powell menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) sangat mungkin terjadi pada pertemuan FOMC bulan September, meskipun ia menurunkan ekspektasi untuk pemotongan yang lebih agresif sebesar 50 bps.

Sentimen ini kemungkinan akan diperkuat oleh Presiden Bank Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, yang dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam “fireside chat” dalam waktu dekat.

Persepsi pasar tentang perubahan kebijakan The Fed yang akan datang adalah faktor kunci yang mendorong lonjakan harga emas saat ini. Meskipun pemotongan suku bunga pada bulan September dianggap sebagai kepastian, spekulasi berlimpah di kalangan analis dan investor mengenai cakupan lebih luas dari rencana bank sentral.

Awal tahun ini, “dot plot” Fed menunjukkan total tiga pemotongan suku bunga seperempat poin pada tahun 2024, tetapi revisi Juni menunjukkan pendekatan yang lebih konservatif, dengan ekspektasi hanya satu atau dua pemotongan.

Dengan DXY yang terus terpuruk, maka masyarakat cenderung memiliki dana yang cukup untuk mengoleksi emas dan membuat harga emas semakin melambung tinggi.

Source : CNBC INDONESIA RESEARCH