Lembaga Konservasi Agrowisata PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk sukses meraih penghargaan Adi Niti kategori Pelaku Usaha Penerap Standar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Penghargaan tersebut diberikan atas upaya Sido Muncul yang sudah memenuhi standar dari Badan Standarisasi Instrumen LHK (BSILHK).

Adapun penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya kepada Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (10/9/2024). Irwan Hidayat pun merasa bersyukur Agrowisata Sido Muncul sukses mendapatkan pengakuan dari KLHK.

“Kita syukuri bersama, KLHK sudah membuat standar aturan lingkungan hidup, sehingga dapat memudahkan semua pihak terutama para pengusaha untuk mengikuti standar itu,” kata Irwan Hidayat kepada awak media.

Irwan mengatakan Sido Muncul sudah menjalankan langkah-langkah tersebut jauh sebelum standar itu ditetapkan KLHK. Adapun beberapa standar yang sudah ditetapkan oleh BSILHK antara lain aspek legal, administrasi, sarana prasarana, SDM hingga aspek pengelolaan.

Dengan adanya standar tersebut, Irwan berharap pengusaha maupun industri dapat mengikuti aturan lingkungan dan kehutanan yang sudah ditetapkan oleh KLHK.

“Indonesia itu masa depan yang harus dijaga, di samping kegiatan ekonominya tidak kalah penting juga perlindungan terhadap lingkungan hidup,” ungkap Irwan.

Irwan Hidayat : Sido Muncul sejak lama menjaga, menjalankan langkah-langkah serta menerapkan sesuatu mengikuti standar lingkungan hidup

Bagi Sido Muncul, menjaga lingkungan sama pentingnya dengan bisnis, selain mendapatkan keuntungan juga tidak merusak serta berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.

“Kami akan melanjutkan (menjaga lingkungan), kalau tidak kami juga sebagai pengusaha malu, ya bisa melanggar hukum, kena pasal-pasal yang banyak. Kalau perlu kami memberi masukan,” tuturnya.

Menteri LHK Siti Nurbaya menegaskan untuk menuju Indonesia yang maju dapat dilihat dari aspek ekonomi yang didukung oleh iklim investasi yang baik. Oleh karena itu sejak lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK), posisi utama dari BSILHK adalah untuk menentukan standar, mengikuti implementasinya, serta mengaplikasikan berbagai inovasi untuk dapat mencapai standar.

Sebagai organisasi baru yang mengawal koordinasi dan perumusan, pengembangan, serta penerapan standar dan penilaian kesesuaian standar instrumen di bidang LHK, kehadiran BSILHK merupakan dukungan KLHK dalam mengawal transformasi.

“Saya yakin, ke depan standar-standar LHK akan semakin memudahkan sistem kerja, sehingga pemanfaatan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia dapat terjaga dengan ukuran yang jelas dan bisa bermanfaat bagi seluruh anak bangsa,” ujar Siti Nurbaya.

Mendukung kolaborasi dalam kerja-kerja standar, Siti memandang BSILHK sebagai unit service function yang menjadi support system bagi Ditjen lain yang berada di line function, K/L yang menangani standar serta entitas usaha/kegiatan dan masyarakat luas sebagai penerap standar.

“Di tengah arus peningkatan investasi yang harus dikawal agar kualitas lingkungan hidup dan kelestarian hutan tetap terjaga, maka perlu tapisan berlapis. Standardisasi menjadi layer pertama. Pemberi izin dalam hal ini Eselon I teknis sebagai layer kedua. Apabila terjadi persoalan lingkungan, penegakan hukum merupakan garda terakhir yang akan ditempuh,” ujarnya.

Kepala LK Agrowisata Sido Muncul Semarang Bambang Supartoko (kiri), Kepala BSILHK Ary Sudijanto (tengah) dan Kepala BPSILHK Solo Yoyok Sigit Haryotomo (kanan). Sido Muncul Pelaku Usaha Penerap Standar

Kepala BSILHK Ary Sudijanto menuturkan penghargaan Adi Niti adalah bentuk apresiasi KLHK terhadap pihak yang sudah bermitra bersama BSILHK.

Penghargaan itu pun diberikan kepada pihak-pihak yang dinilai membantu BSILHK dalam kinerjanya mengatur standarisasi lingkungan hidup dan kehutanan.

“Sido Muncul itu kami berikan penghargaan, karena kami baru melahirkan standar untuk tanaman satwa liar. Yang diterapkan oleh Sido Muncul itu kami nilai sudah sesuai dengan standar yang kami tetapkan,” tuturnya.

Kepala BPSILHK Solo Yoyok Sigit Haryotomo sebagai juri pada pemberian penghargaan kali ini menuturkan Sido Muncul sangat concern terhadap lembaga konservasi. Dalam hal ini, Sido Muncul sudah melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan format atau syarat BSILHK.

“Kami melihat bahwa tim kami sudah melakukan wawancara, bahwa mereka sudah menerapkan SOP baik dari lab udara, lab tanah maupun lab air. Yang ketiga dalam hal konservasi dalam hal penangan satwa, sudah sesuai SOP dan juga sudah ada dokter hewan. Jadi itu hal positif, dan kita sampaikan ke pusat bahwa ini adalah salah satu company yang layak mendapat penghargaan,” ucapnya.

Kepala Agrowisata Sido Muncul Bambang Supartoko menuturkan penghargaan yang diberikan oleh KLHK karena Sido Muncul telah menerapkan standar Lembaga Konservasi Agrowisata Sido Muncul.

Adapun Agrowisata Sido Muncul telah mendapatkan izin sebagai Lembaga Konservasi (LK) dari Kementerian Kehutanan (LHK) RI dalam bentuk satwa sejak tahun 2011.

Saat ini, LK Agrowisata Sido Muncul memiliki 154 ekor satwa dari 52 spesies dan 400 spesies tanaman termasuk tanaman introduksi dari luar negeri antara lain Echinacea Purpurea, Tribulus Terrestris, Mintha Piperita dan Sylibum Marianum.

“Itu (satwa) ada beberapa yang keberhasilan breeding. Contoh Harimau Siberia itu punya 2 pasang 3 pasang sekarang jadi 12 ekor. Terus ada juga Paruh Bengkok, Puri Bayan, Rusa itu sudah berkembang. Bahkan Elang yang sudah hampir punah itu bisa kita pelepasan bersama KLHK,” imbuh Bambang.

Bambang menambahkan sebelum adanya BSILHK 3 tahun lalu, Sido Muncul sudah memiliki lembaga konservasi berbadan hukum. Karena itu ketika BSILHK terbentuk, Sido Muncul sudah memiliki standar sama dengan yang ditetapkan oleh BSILHK.

“Baik itu aspeknya dari aspek legal, administrasi, dokumen, sarana dan prasarana, SDM, penerapan manajemen dalam mengelola konservasi itu sendiri,” kata Bambang.

Sebagai informasi, keberadaan Agrowisata Sido Muncul bertujuan untuk mengoleksi tanaman obat dan pelestarian plasma nutfah terutama diprioritaskan pada tanaman-tanaman langka atau yang hampir punah. Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman obat untuk bahan jamu yang dipergunakan oleh para industri dan yang lainnya masih dieksplorasi dari alam.

Agrowisata ini terletak di kawasan Pabrik Sido Muncul, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Agrowisata ini menempati lahan seluas 3 hektare, dengan topografi tanah landai, ketinggian tempat 440 meter dari permukaan laut.

Source : detik. Foto : Kompas