Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Kalimantan Timur mendukung upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Hal itu terungkap dalam acara Indonesia Climate Change Expo and Forum 2024 di E-Walk Balikpapan Super Block, 20-22 September 2024.
Pada kesempatan itu APHI Kalimantan Timur menegaskan dukungannya terhadap program pemerintah yang bertujuan mencapai FOLU (Forest and Other Land Use) Net Sink 2030.
FOLU Net Sink 2030 merupakan inisiatif pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Pada tahun 2030 sektor ini diharapkan dapat menyerap lebih banyak karbon dibandingkan yang dilepaskan.
Ketua APHI Kalimantan Timur, Asrul Anwar menyebutkan pihaknya telah mengadopsi berbagai pendekatan inovatif dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
“Kami menyadari bahwa tanggung jawab untuk mencapai FOLU Net Sink 2030 bukanlah tugas yang mudah, tetapi kami berkomitmen penuh untuk mendukung upaya ini. Ini bukan hanya soal keberlanjutan, tetapi tentang memastikan masa depan yang layak huni bagi generasi mendatang,” ujar Asrul Anwar sebagaimana dikutip Balikpapan Pos, Senin (23/9/2024).
Langkah konkret yang telah diambil oleh para pengusaha Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) meliputi penerapan beberapa program unggulan.
Salah satunya adalah Sistem Intensifikasi Hutan Tanaman (SILIN) yang bertujuan meningkatkan produktivitas lahan hutan tanaman dengan teknik silvikultur intensif ramah lingkungan.
APHI Kaltim juga menerapkan teknologi Reduced Impact Logging-Certified (RIL-C), dengan prioritas praktik penebangan yang lebih bertanggung jawab. Dengan cara ini kerusakan ekosistem hutan dapat diminimalkan serta menjaga keanekaragaman hayati dan struktur hutan.
“Dengan menerapkan Reduced Impact Logging-Certified (RIL-C) kami berusaha mengurangi dampak negatif penebangan terhadap hutan. Teknologi ini memungkinkan kami tetap memenuhi kebutuhan industri tanpa merusak ekosistem,” tegas Asrul yang alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarbaru ini.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Asrul mengungkapkan APHI Kaltim mengelola lahan gambut secara berkelanjutan, tidak hanya untuk mencegah kebakaran tetapi juga menjaga peran vital lahan gambut sebagai penyerap karbon signifikan.
Kebakaran hutan sebagai sumber emisi karbon terbesar di kawasan tropis juga menjadi salah satu fokus utama APHI dalam upaya mitigasi perubahan iklim. “APHI Kaltim berkomitmen kuat untuk melakukan pencegahan kebakaran hutan yang lebih efektif.”
Asrul menambahkan pihaknya
Ikut pula mendukung kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengembangkan konsep Multi Usaha Kehutanan (MUK).
Pola ini memungkinkan pengusaha hutan memanfaatkan berbagai sumber daya hutan dalam satu kawasan, sehingga pengelolaan hutan tidak semata terfokus pada produksi kayu.
Kegiatan yang dijalankan dalam kerangka MUK meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, serta pengembangan hasil hutan bukan kayu seperti rotan, madu dan getah.
“Pemanfaatan kawasan hutan juga diarahkan untuk kegiatan wisata
alam, pendidikan lingkungan dan penelitian. Semua itu memiliki dampak positif terhadap konservasi dan ekonomi lokal,” pungkas Asrul. YCM