Kejaksaan Agung (Kejagung) mengumumkan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong sebagai tersangka korupsi impor gula 2015-2016.

Tom dikenal pernah dekat dengan sejumlah politisi, seperti bekas Presiden Joko Widodo hingga Anies Baswedan.

Pria kelahiran 4 Maret 1971 itu berprofesi sebagai pengusaha. Dia menempuh pendidikan sarjana di Universitas Harvard. Tom lulus pada 1994 dengan gelar Bachelor of Arts di bidang arsitektur dan tata kelola.

Pada 1995, ia bekerja di Divisi Ekuitas Morgan Stanley di New York dan Singapura. Pada 1999 hingga 2000, Tom melanjutkan karier di Deutsche Securities Indonesia. Ia juga pernah bekerja di Deutsche Bank Jakarta pada 1998-1999.

Rekam jejak di bidang perbankan membawa Tom Lembong menduduki sejumlah jabatan. Dia pernah menjadi Senior Vice President dan Kepala Divisi penanggung jawab restrukturisasi dan penyelesaian kewajiban Salim Group kepada negara akibat Bank BCA runtuh pada krisis moneter 1998.

Dia juga pernah menjabat kepala divisi dan wakil presiden senior di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) periode 2000-2002. Kala itu, BPPN bertugas untuk merekapitalisasi dan merestrukturisasi sektor perbankan Indonesia pascakrisis 1998.

Pada awal 2000-an, Tom Lembong melanjutkan karier di Farindo Investments. Kemudian, ia mendirikan Quvat Management pada 2006, sebuah perusahaan dana ekuitas swasta.

Karier terakhir Tom sebelum terjun ke politik adalah presiden komisaris di PT Graha Layar Prima atau Blitz Megaplex pada 2012-2014.

Pada 2013, Tom Lembong mulai masuk dunia politik. Saat itu, ia penasihat ekonomi dan penulis pidato untuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Jokowi menang Pilpres 2014 dan menjadi presiden. Dia membawa Tom Lembong ke Istana dengan peran yang sama seperti di Jakarta.

Dia menulis beberapa pidato Jokowi yang terkenal. Misalnya, pidato “Game of Thrones” yang dibacakan Jokowi pada pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018. Dia juga membuat pidato “Thanos” yang dibacakan Jokowi di Forum Ekonomi Dunia.

Pada 2015, Jokowi mengangkat Tom Lembong sebagai Menteri Perdagangan. Lalu Jokowi mempercayai Tom Lembong sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016-2019.

Tom Lembong tak lagi bergabung dengan pemerintahan pada periode kedua Jokowi. Pada 2021, ia justru menyeberang kutub politik dengan bergabung bersama Anies Baswedan.

Tom saat itu menjadi Ketua Dewan PT Jaya Ancol. Ancol merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Timses Anies di Pilpres 2024
Hubungan dekat dengan Anies tak berhenti di situ. Saat Anies ikut Pilpres 2024, Tom Lembong masuk ke Tim Nasional Anies-Muhaimin (Timnas Amin).

Saat itu, Tom Lembong menjabat sebagai co-captain Timnas Amin. Dia menarik perhatian publik karena sejumlah kritik keras terhadap kebijakan Presiden Jokowi. Misalnya, saat menyebut hilirisasi industri dilakukan dengan ugal-ugalan.

Berkat suara lantang itu, ia diserang oleh dua menteri sekaligus. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyindir balik Tom Lembong.

Saat ini, Tom Lembong berstatus tersangka korupsi impor gula 2015-2016. Ia terseret kasus ini karena kebijakannya saat menjabat Menteri Perdagangan di era Presiden Jokowi.

Kejagung Sebut Tom Lembong Teken Izin Impor saat RI Surplus Gula
Tom diduga memberikan persetujuan ke perusahaan swasta untuk melakukan impor gula kristal mentah (GKM) untuk diolah menjadi gula kristal putih (GKP).

Hal itu tak sesuai Keputusan Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian Nomor 257 Tahun 2014. Aturan itu menyebut impor GKP hanya boleh dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kejagung menjerat Tom Lembong dengan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 juncto pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2001 serta pasal 55 KUHP. Tom Lembong terancam hukuman penjara seumur hidup.

Source : CNN Indonesia. Foto : CNBC Indonesia