Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita angkat bicara mengenai potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) pada industri otomotif nasional.

Hal ini tidak lepas dari menurunnya penjualan mobil akibat melemahnya daya beli masyarakat.

“Saya minta kepada Gaikindo jangan ada PHK, di sektor otomotif ketika Covid tidak terjadi PHK. Jadi Covid yang jauh lebih berat saja tidak ada PHK, sekarang dengan tekanan-tekanan yang luar biasa juga tidak boleh ada PHK walaupun tekanan besar,” katanya di Gaikindo Jakarta Auto Week, Jumat (22/11/2024).

Bentuk nyata dari tekanan itu ialah kelesuan market, maka dengan sangat terpaksa Gaikindo merevisi target penjualannya pada tahun ini dari yang tadinya 1,1 juta unit direvisi menjadi 850 ribu unit.

Agus memahami keharusan untuk merevisi target secara realistis, namun ada dampak hilangnya perputaran ekonomi yang melibatkan industri hulu hingga hilir.

“Dari penurunan 300 ribu target tersebut, kita bisa berasumsi bahwa dampak negatif terhadap backward and forward linkage dari industri otomotif kita sekitar nilainya Rp10,6 triliun. Penurunan 300 ribu unit itu bisa membawa dampak negatif backward and forward linkage terhadap sektor industri otomotif kita sebesar Rp10,6 triliun. it’s a big number tapi itu challenge kita, itu problem yang harus kita hadapi,” sebut Agus.

Adapun industri otomotif Indonesia sudah memiliki supply chain dengan banyak sekali melibatkan IKM (Industri Kecil Menengah), Akibatnya Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bisa semakin diperbesar.

“Jadi artinya memang supply chainnya sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri dan yang saya mendapat reportnya itu sebagian besar disupply oleh IKM. Belum kalau kita bicara soal finance, belum kita bicara soal devisa, jadi ekosistem dari otomotif yang dikaitkan dengan backward and forward linkage itu sangat besar,” ujarnya.

Muncul berbagai macam teori biang kerok yang membuat industri otomotif tertekan, pemerintah menilai hal ini akibat dari lesunya pasar dan daya beli masyarakat.

“Ada yang mengatakan karena masalah politik, menunggu Pilpres, menunggu Pileg, saya kira itu tidak menjadi penyebab utama. Penyebab utamanya adalah kelesuan pasar yang artinya adalah daya beli dari masyarakat melemah,” sebut Agus.

Seperti diketahui, penjualan mobil nasional bulan Oktober 2024 cetak pencapaian tertinggi sementara tahun 2024. Tercatat, penjualan bulan Oktober 2024 terbang 6,22% atau 4.525 unit jadi 77.191 unit dari sebulan sebelumnya.

Meski, secara tahunan memang masih lebih rendah 3.159 unit atau 3,93% dibandingkan penjualan mobil nasional bulan Oktober 2023.

Secara akumulasi, penjualan mobil nasional periode Januari-Oktober 2024 sudah mencapai 710.406 unit.

CNBC Indonesia