Warga Gaza antusias memberi respons akan terciptanya gencatan senjata di wilayah Palestina itu, di tengah perang Israel dan Hamas.
Dilaporkan bagaimana kerumunan warga berpelukan menangis haru, bahkan bersujud syukur dan bersorak menyambut gencatan senjata yang akan dimulai Minggu, 19 Januari, tepat sehari sebelum Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilantik.
Sebenarnya, meski diumumkan mediator Qatar, Rabu, Israel memperingatkan bahwa beberapa poin “masih belum terselesaikan” yang diharapkan akan dibahas. Namun, kerumunan orang sudah bersuka cita menandai pengumuman itu.
“Saya tidak percaya mimpi buruk selama lebih dari setahun ini akhirnya berakhir. Kami telah kehilangan begitu banyak orang, kami telah kehilangan segalanya,” kata Randa Sameeh, seorang berusia 45 tahun yang mengungsi dari Kota Gaza ke Kamp Nuseirat di pusat wilayah tersebut, dikutip AFP, Kamis (16/1/2025).
“Kami butuh banyak istirahat. Begitu gencatan senjata dimulai, saya akan pergi ke pemakaman untuk mengunjungi saudara dan anggota keluarga saya. Kami menguburkan mereka di pemakaman Deir el-Balah tanpa kuburan yang layak. Kami akan membangun kuburan baru untuk mereka dan menuliskan nama mereka di sana,” jelasnya.
Di luar Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, tempat banyak korban perang dirawat, ratusan warga Palestina berkumpul untuk bernyanyi, meneriakkan yel-yel, dan mengibarkan bendera. Hal ini ditunjukkan dalam rekaman AFPTV.
Pada satu titik, seorang anggota kerumunan dan seorang jurnalis dengan pelindung tubuh diangkat ke bahu orang-orang untuk melakukan wawancara di atas massa warga Gaza yang gembira.
Saat ambulans menerobos kerumunan untuk mencapai rumah sakit, pria dan wanita yang tersenyum meneriakkan “Allahu Akbar” atau “Tuhan Maha Besar” dalam bahasa Arab, dan melambaikan bendera Palestina.
Anak-anak kecil, beberapa tampak bingung karena keributan itu, berkumpul di luar rumah sakit juga. Mereka berdesakan di antara orang dewasa dan menonton saat mereka memberikan wawancara kepada media yang menunggu.
Sekelompok anak laki-laki di tengah kerumunan memimpin nyanyian pro-perlawanan yang populer saat orang dewasa merekam momen itu di ponsel mereka.
Kerumunan besar juga berkumpul di Khan Yunis, di Gaza selatan, dengan para pemuda berselancar di antara kerumunan di bahu orang lain sambil memukul drum dan bersorak.
Di satu bagian kota, kerumunan lain bersorak saat kendaraan yang dikendarai oleh militan Palestina perlahan-lahan melewati jalan-jalan. Dilaporkan para pejuang Hamas berdiri sambil melambaikan senjata AK-47.
“Saya merasa gembira meskipun semua yang telah hilang dari kita,” kata Abdul Karim, 27 tahun.
“Saya tidak percaya akhirnya saya akan bertemu lagi dengan istri dan dua anak saya,” tambahnya.
“Mereka pergi ke selatan hampir setahun yang lalu. Saya harap mereka mengizinkan para pengungsi untuk kembali dengan cepat.”
Tepi Barat
Di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki Israel, beberapa penduduk membagikan permen dan berpelukan di alun-alun utama. Meskipun demikian, tidak ada kerumunan besar yang berkumpul pada Rabu malam.
Omar Assaf, seorang penduduk Ramallah, mengatakan bahwa ia melihat kesepakatan itu sebagai kemenangan bagi warga Palestina. Ini membangkitkan rasa perlawanan rakyat negeri itu.
“Setelah 15 bulan penghancuran, pembunuhan, genosida, dan kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, perlawanan tetap berdiri tegak, mengangkat kepalanya, dan mengangkat kepala seluruh rakyat Palestina,” katanya masih dimuat laman yang sama.
Pada tahap awal, gencatan senjata akan memakan waktu 42 hari. Sebanyak 33 sandera yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Perang bermula sejak Oktober 2023. Sebanyak 46.707 warga Gaza tewas.
|CNBC Indonesia|