Pemerintah Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memberi respons kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.

Sebelumnya pengumuman resmi diberikan mediator Qatar Rabu, dan rencananya akan berlaku Minggu 19 Oktober, meski kabinet Israel belakangan mengatakan masih harus melakukan pemungutan suara Jumat (17/1/2025) ini dengan kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengancam kemunduran.

China menegaskan menyambut baik perjanjian gencatan senjata Gaza dan berharap perjanjian ini akan dilaksanakan secara efektif.

“Kami mengharapkan akan ada gencatan senjata penuh dan permanen di Gaza,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun, dikutip dari Global Times.

Guo menyatakan bahwa sejak pecahnya konflik di Gaza, China secara konsisten menyerukan gencatan senjata segera untuk menghentikan pertempuran, membantu mendinginkan situasi, melindungi warga sipil, dan melaksanakan bantuan kemanusiaan, untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

China, tegasnya, mendukung pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan akan terus melakukan upaya positif untuk menyediakan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan membantu rekonstruksi pascaperang.

Beijing berharap semua pihak akan menganggap gencatan senjata di Gaza sebagai kesempatan untuk mendorong meredakan ketegangan regional.

Negeri itu berjanji akan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk melakukan upaya tanpa henti guna mendorong perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

Kesepakatan gencatan senjata yang rumit ini muncul setelah berbulan-bulan mediasi dilakukan Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).

Gaza sendiri telah menghadapi serangan Israel selama 15 bulan yang menewaskan sedikitnya 46.000 orang.

Kesepakatan gencatan senjata saat ini disiapkan untuk maju dalam tiga fase berbeda. Fase pertama diharapkan akan berlangsung selama enam minggu.

Fase ini berisi gencatan senjata, penarikan pasukan Israel, “pertukaran sandera dan tahanan,” dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Para sandera Israel dan AS yang ditahan di Gaza akan dibebaskan pada fase pertama itu.

Fase kedua dan ketiga belum memiliki rincian pasti. Namun semuanya akan diputuskan di fase pertama.

Sementara itu Rusia berharap gencatan senjata di Gaza akan mengarah pada “stabilisasi jangka panjang” dan menciptakan kondisi untuk “penyelesaian politik yang komprehensif” antara Israel dan Palestina.

Kremlin pada hari Kamis mengatakan pihaknya “menyambut baik” kesepakatan tersebut, meskipun menyatakan tingkat kehati-hatian setelah tuduhan Israel muncul bahwa Hamas menarik kembali perjanjian yang rapuh tersebut.

“Setiap penyelesaian yang mengarah pada gencatan senjata, mengakhiri penderitaan rakyat Gaza, dan meningkatkan keamanan Israel tentu saja disambut baik,” kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, kepada wartawan, dimuat AFP.

“Namun, mari kita tunggu penyelesaian akhir dari proses tersebut,” imbuhnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova, mengatakan sebelumnya bahwa kesepakatan tersebut merupakan “langkah praktis yang penting menuju stabilisasi jangka panjang di zona konfrontasi Palestina-Israel”.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya berharap bahwa hal itu dapat menjadi dasar bagi “pembentukan proses penyelesaian politik yang komprehensif atas masalah Palestina”.

|CNBC Indonesia|