Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo mengungkapkan bahwa kebutuhan Tenaga Kerja Asing (TKA) oleh pemerintah Jepang cukup besar.

Tak tanggung-tanggung, kebutuhan TKA yang diperlukan dalam kurun waktu 2024 hingga 2025 mencapai 820 ribu pekerja.

First Secretary Media Sociocultural Affairs, Lodya H Mone mengatakan bahwa Indonesia berpeluang mengisi antara 20 hingga 30 persen dari total kebutuhan tersebut, atau sekitar 164 ribu hingga 246 ribu tenaga kerja dalam periode lima tahun.

“Pemerintah melihat ada kesempatan ini, Indonesia ingin mengirimkan 20 sampai 30 persen untuk pengisiannya dari total 820 ribu tadi saya coba hitung itu sekitar 164 ribu sampai 246 ribu dalam waktu 5 tahun,” ujar dia ditemui di Kantor KBRI di Tokyo, Jumat (24/1/2025).

Meski demikian, Jepang akan mempekerjakan tenaga kerja asing untuk posisi magang dan Specified Skilled Workers (SSW) atau Pekerja Berketerampilan Spesifik. Khususnya yang lebih banyak didominasi oleh pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah (blue collar).

Lodya mengatakan bahwa Indonesia diharapkan dapat mengirimkan antara 32 ribu hingga 49 ribu tenaga kerja per tahun.

Namun, ia juga mengingatkan pengiriman tenaga kerja dengan keterampilan rendah berpotensi memunculkan masalah sosial, khususnya terkait dengan peningkatan kasus kekerasan.

“Nah itu mungkin yang akan menjadi salah satu sumber masalah ke depan. Karena yang dikirim adalah blue collar. Biasanya kan di mana ada tenaga kerja rendah skill, di situ tingkat kekerasan kan berbanding lurus ya,” tambahnya.

Oleh sebab itu, KBRI akan melakukan mitigasi berkaitan dengan kemungkinan lonjakan masalah tersebut dan berupaya menjaga agar situasi tetap terkendali di masa yang akan datang.

|CNBC Indonesia|