Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan melonjak lebih dari 70 persen pada 2050 jika langkah pencegahan serta deteksi dini tidak diperkuat.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan saat ini terdapat sekitar 400.000 kasus baru kanker yang terdeteksi setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 240.000 kasus.

Jika tidak ada intervensi efektif, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.

“Kanker bukan hanya tantangan medis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis bagi pasien dan keluarga menjadi beban yang harus ditangani,” ucap Dante dikutip dari laman Kemenkes, Jumat (7/2/2025).

Ia menekankan bahwa deteksi dini menjadi strategi utama yang harus diperkuat.

Namun, di Indonesia, deteksi dini masih menjadi tantangan karena banyak pasien baru memeriksakan diri saat sudah memasuki stadium lanjut. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat keberhasilan pengobatan serta meningkatnya biaya perawatan.

Padahal, hingga 50 persen kasus kanker dapat dicegah melalui pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidak merokok, menghindari konsumsi alkohol, serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Sebagai bagian dari strategi nasional, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 untuk memperkuat skrining dan deteksi dini.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengembangan layanan skrining berbasis risiko oleh Rumah Sakit Kanker Dharmais melalui inovasi I-Care (Indonesia Cancer Risk Examination).

Teknologi ini memungkinkan masyarakat mendeteksi risiko kanker sejak dini melalui pemeriksaan genetik menggunakan sampel darah.

Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi risiko kanker payudara, kolorektal, lambung, prostat, dan paru-paru.

Selain itu, pemerintah juga memperluas skrining kanker serviks dengan metode HPV DNA, yang dinilai lebih sensitif dibandingkan metode konvensional.

Program ini telah diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menambahkan bahwa kanker payudara dan kanker serviks menjadi dua jenis kanker dengan angka kasus tertinggi di Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong vaksinasi HPV bagi anak perempuan usia 11-12 tahun sebagai langkah pencegahan dini terhadap kanker serviks.

Program ini telah menjadi bagian dari Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan cakupannya terus diperluas.

Selain pendekatan medis, pemerintah juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam pengendalian kanker.

Stigma terhadap pasien kanker sering kali menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pengobatan.

Peringatan Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran bahwa kanker dapat dicegah dan dideteksi lebih awal.

Dengan skrining rutin, pola hidup sehat, serta kolaborasi semua pihak, angka kejadian dan kematian akibat kanker diharapkan dapat ditekan.

|CNA|