Lahir dengan nama Oei Ek Tjhong di Quanzhou, Tiongkok, Eka Tjipta Widjaja berasal dari keluarga miskin.
Pada usia sembilan tahun, ia bersama ibunya menyusul sang ayah ke Makassar pada 1938.
Perjalanan tujuh hari tujuh malam di kapal penuh keterbatasan menjadi awal perubahan nasibnya.
Setibanya di Makassar, keluarganya tinggal di rumah sederhana, dan ayahnya membuka toko kecil. Eka kecil membantu berjualan, tak hanya menjaga toko, tetapi juga berkeliling kota dengan sepeda menjajakan permen dan biskuit.
Keuletannya membuahkan hasil, hingga ia mampu membeli becak untuk mendukung usahanya.
Pada usia 15 tahun, Eka mulai merasakan perkembangan usahanya. Jika sebelumnya dia hanya mengandalkan sepeda, di umur tersebut ia akhirnya bisa membeli becak.
Remaja yang hanya menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar itu pun mencoba berbagai bisnis, mulai dari berjualan tepung terigu, semen, hingga menjadi kontraktor kuburan.
Pada 1949, Eka membuka toko kelontong grosir, lalu merambah bisnis kopra, kelapa sawit, dan kertas.
Meskipun sempat mengalami kegagalan, ia terus berusaha dan mendirikan CV Sinar Mas di Surabaya, yang berkembang menjadi industri minyak goreng, kertas, dan bubur kertas. Ekspansi berlanjut ke sektor keuangan dengan mendirikan perusahaan asuransi dan perbankan.
Krisis ekonomi 1998 menjadi titik penting bagi Sinar Mas untuk berekspansi ke bidang energi dan infrastruktur telekomunikasi.
Grup ini kemudian memperluas jangkauan bisnisnya melalui Smartfren, Sinar Mas Land, Eka Hospital, serta mendirikan Yayasan Dharma Eka Tjipta dan Sinar Mas World Academy.
Pada 2014, Sinar Mas memasuki era digital dengan mendirikan Sinar Mas Digital Venture.
Sinar Mas kini memiliki tujuh pilar bisnis utama:
Pulp dan kertas, melalui Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Agribisnis dan pangan, melalui pabrik penyulingan minyak nabati dan kopra, serta pabrik Bitung Manado Oil Limited di Sulawesi Utara Pengembang dan realestat, melalui pengembang dan realestat bersama dengan PT Duta Pertiwi Layanan keuangan, melalui PT Internas Artha Leasing Company Energi dan infrastruktur, melalui melalui PT Dian Swastika Sentosa Telekomunikasi, melalui Smartfren (FREN) Layanan kesehatan, melalui Eka Hospital dan platform SehatQ.
Berkat ketekunan dan strategi bisnisnya, Eka Tjipta Widjaja menduduki peringkat kedua orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia pada 2018 dengan kekayaan mencapai US$13,9 miliar.
Eka Tjipta Widjaja wafat pada 26 Januari 2019 di usia 97 tahun, meninggalkan Sinar Mas sebagai warisan terbesarnya.
|Warta Ekonomi|