Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Sukamto Koesnoe menyampaikan mencukupi kebutuhan karbohidrat tidak harus melulu dengan nasi.

“Kebiasaan masyarakat kita yang menganggap ‘belum makan kalau belum makan nasi’ perlu diluruskan. Ada banyak pilihan sumber karbohidrat sehat yang bisa menjadi alternatif nasi,” kata Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, di Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Menurut dia, pilihan sumber karbohidrat lain bisa membantu sebagai variasi makanan pokok untuk membuat menu harian lebih menarik dan bergizi.

“Setiap jenis pangan memiliki kandungan nutrisi yang unik. Semakin beragam makanan yang kita konsumsi, semakin lengkap nutrisi yang kita dapat,” ujarnya.

Dokter Sukamto mengatakan Indonesia kaya akan sumber karbohidrat lokal yang bisa menjadi alternatif selain mengonsumsi nasi. Beberapa alternatif seperti singkong, ubi jalar, jagung, dan sagu telah menjadi makanan pokok di berbagai daerah Indonesia sejak lama.

Selain itu, alternatif sehat lain pengganti nasi, menurut Dokter Sukamto meliputi umbi-umbian seperti singkong, talas, serealia seperti jagung, oatmeal, quinoa, roti gandum utuh, kentang, serta mie berbahan gandum utuh.

“Yang penting adalah memilih karbohidrat kompleks yang kaya serat. Ini membantu mengontrol gula darah dan memberi rasa kenyang lebih lama,” jelasnya.

Dia mencontohkan mengonsumsi beragam jenis karbohidrat juga membawa banyak manfaat kesehatan, seperti ubi jalar ungu kaya akan antioksidan, jagung menyumbang serat dan protein yang baik.

“Bahkan kentang, yang sering dianggap ‘gemukkan’, sebenarnya merupakan sumber kalium dan vitamin C yang baik jika diolah dengan cara sehat,” katanya.

Selain itu, Dokter Sukamto menyampaikan beberapa kiat praktis untuk mengurangi ketergantungan pada nasi, salah satunya mulai dengan substitusi bertahap.

“Misalnya, coba ganti nasi dengan kentang kukus atau ubi rebus sekali-dua kali seminggu. Penting transisi bertahap agar tubuh bisa beradaptasi,” jelasnya.

Kemudian, dia menyarankan soal pengolahan makanan tersebut utamakan dengan metode memasak yang sehat, seperti menghindari makanan yang digoreng secara berlebihan.

“Metode memasak yang sehat, seperti kukus, rebus, atau panggang lebih baik daripada menggoreng. Ini mempertahankan nutrisi dan menghindari penambahan kalori berlebih,” jelasnya.

Dokter Sukamto menambahkan dalam mengonsumsi makanan karbohidrat juga perlu dikombinasikan dengan protein dan sayuran, serta memperhatikan porsi sesuai kebutuhan.

“Banyak yang bertanya soal porsi. Sebenarnya, kebutuhan setiap orang berbeda tergantung aktivitas fisik dan kondisi kesehatan. Disarankan untuk memperhatikan sinyal kenyang dari tubuh dan tidak memaksakan menghabiskan makanan,” ucapnya.

|Antara|