Bismillaahirrahmanierrahiem. Seorang remaja bertanya kepada ayahnya, “Ayah, mengapa kita harus memeluk agama? Bukankah kita bisa berbuat baik tanpa agama?”
Sang ayah tersenyum dan berkata, “Nak, bayangkan hidup ini seperti sebuah perjalanan panjang melintasi lautan luas. Jika kita hanya mengandalkan perahu tanpa arah, kita akan hanyut tanpa tujuan. Agama adalah kompas yang memberi kita arah, mengajarkan mana yang benar dan salah, serta membawa kita kepada makna sejati kehidupan.”
Remaja itu berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, “Tapi ayah, mengapa tidak cukup hanya menjadi orang baik?”
Ayahnya menjawab, “Menjadi baik itu penting, tapi agama memberikan sesuatu yang lebih dalam—makna, kedamaian, dan tujuan. Kebaikan tanpa pegangan bisa berubah tergantung situasi, tapi agama memberi standar moral yang tetap. Saat manusia kehilangan arah atau terjatuh dalam kesedihan, agama menjadi cahaya yang membimbing dan menguatkan.”
Ia melanjutkan, “Puasa yang kita jalani di bulan Ramadhan ini adalah contoh bagaimana agama membentuk kita. Bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tapi mengajarkan disiplin, kesabaran, empati, dan ketundukan kepada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.”
Remaja itu tersenyum, mulai memahami bahwa agama bukan sekadar aturan, tetapi cahaya yang menuntun jiwa manusia dalam perjalanan hidupnya. (FR)