Bismillaahirrohmannierrohiem.
Sang ayah tersenyum dan menatap anaknya dengan penuh kebijaksanaan. “Nak, integritas adalah keselarasan antara apa yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan. Ia adalah kejujuran yang tidak tergoyahkan, prinsip yang tidak bisa dibeli, dan keteguhan untuk tetap berada di jalan yang benar, meskipun tidak ada yang melihat.”

Sang anak mengangguk, lalu bertanya lagi, “Seberapa penting integritas bagi sebuah bangsa, Ayah?”

Sang ayah menarik napas dalam, lalu menjawab, “Integritas adalah fondasi utama sebuah bangsa. Tanpa integritas, hukum bisa dibeli, kebijakan bisa dimanipulasi, dan kepemimpinan berubah menjadi alat untuk memperkaya diri sendiri.”

Ia melanjutkan, “Lihatlah bangsa-bangsa yang maju. Mereka bukan hanya kaya akan sumber daya, tetapi juga memiliki pemimpin dan rakyat yang menjunjung tinggi integritas. Sebaliknya, negara yang hancur bukan karena miskin, tetapi karena para pemimpinnya korup, masyarakatnya kehilangan kejujuran, dan kebenaran dikalahkan oleh kepentingan pribadi.”

Sang anak termenung, lalu bertanya lagi, “Lalu bagaimana agar integritas bisa dijaga?”

Sang ayah tersenyum, “Dimulai dari diri sendiri. Jika setiap individu berpegang teguh pada kebenaran, maka keluarga akan kuat. Jika keluarga kuat, masyarakat akan kokoh. Jika masyarakat kokoh, maka bangsa akan berdiri tegak dengan martabat.”

Ia mengakhiri, “Ramadhan ini mengajarkan kita tentang integritas. Kita bisa saja diam-diam makan dan minum saat tak ada yang melihat, tetapi kita memilih untuk tetap berpuasa karena kita tahu Allah melihat. Itulah integritas—melakukan yang benar bukan karena ada yang mengawasi, tetapi karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.” (FR)