Bismillaahirrohmannierrohiem.
Sang ayah tersenyum lembut dan menatap anaknya dengan penuh kebijaksanaan. “Nak, kebahagiaan adalah perasaan damai dan penuh syukur dalam hati. Kebahagiaan bukan hanya tentang memiliki sesuatu, tetapi tentang bagaimana kita memaknai kehidupan.”

Sang anak mengernyitkan dahi, lalu bertanya, “Lalu apakah kebahagiaan sama dengan kesuksesan, Ayah?”

Sang ayah menggeleng pelan. “Tidak selalu, nak. Banyak orang yang sukses secara materi, memiliki jabatan tinggi, rumah megah, dan harta berlimpah, tetapi tetap merasa kosong dan gelisah. Sebaliknya, ada orang yang hidup sederhana tetapi hatinya penuh ketenangan dan rasa syukur.”

Sang anak terdiam sejenak, lalu bertanya lagi, “Lalu bagaimana kita bisa meraih kebahagiaan, Ayah?”

Sang ayah tersenyum dan menjawab, “Kebahagiaan datang dari tiga hal: pertama, menerima diri sendiri apa adanya; kedua, bersyukur atas apa yang telah kita miliki; dan ketiga, berbagi kebaikan dengan orang lain. Orang yang bahagia bukanlah orang yang memiliki segalanya, tetapi orang yang bisa menikmati dan mensyukuri apa yang dimilikinya.”

Ia menambahkan, “Kesuksesan mungkin bisa diukur dengan pencapaian duniawi, tetapi kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh hati yang damai dan penuh syukur.”

Sang anak mengangguk, lalu berkata, “Jadi, tidak semua orang sukses itu bahagia, dan tidak semua orang bahagia harus sukses secara materi?”

Sang ayah tersenyum, “Tepat sekali, nak. Maka carilah kebahagiaan, bukan sekadar kesuksesan. Karena jika kau hanya mengejar kesuksesan, belum tentu kau akan bahagia. Tetapi jika kau bahagia, sukses akan datang dalam bentuk yang lebih bermakna.” (FR)