Bismillaahirrohmannierrohiem.
Sang ayah menatap anaknya dengan lembut, lalu berkata, “Nak, ketakutan adalah perasaan yang muncul ketika kita merasa ada ancaman atau sesuatu yang tidak kita pahami. Ia adalah bagian alami dari diri manusia, seperti bayangan yang selalu mengikuti kita.”

Sang anak mengernyitkan dahi, “Jadi ketakutan itu selalu buruk, Ayah?”

Sang ayah tersenyum dan menggeleng, “Tidak selalu, nak. Ketakutan bisa menjadi pengingat agar kita berhati-hati. Misalnya, rasa takut jatuh membuat kita lebih berhati-hati saat berjalan, dan rasa takut gagal bisa membuat kita berusaha lebih keras. Namun, jika ketakutan berlebihan, ia bisa menjadi belenggu yang menghambat kita.”

Sang anak berpikir sejenak, lalu bertanya, “Bagaimana agar kita tidak dikuasai oleh ketakutan, Ayah?”

Sang ayah tersenyum, “Pertama, kenali ketakutanmu. Apakah ia nyata atau hanya bayangan dalam pikiranmu? Kedua, hadapi dengan keberanian. Ingat, semakin kita menghindari ketakutan, semakin besar ia menghantui kita. Ketiga, bertawakal. Percayalah bahwa setiap tantangan yang kita hadapi sudah diatur oleh Tuhan, dan Dia tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan kita.”

Sang anak mengangguk, “Jadi, kita tidak boleh membiarkan ketakutan menguasai hidup kita?”

Sang ayah mengangguk, “Betul, nak. Rasa takut itu wajar, tapi jangan biarkan ia menghalangi langkahmu. Jangan takut mencoba, jangan takut gagal, dan jangan takut menghadapi hidup. Karena sejatinya, keberanian bukanlah tidak memiliki rasa takut, tetapi mampu berjalan meski takut ada di dalam hati.” (FR)