سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Sang ayah tersenyum bijak dan berkata, “Jihad, nak, adalah salah satu konsep yang sering disalahpahami. Banyak orang mengira jihad hanya berarti perang, padahal maknanya jauh lebih luas dan mendalam.”
Sang anak mengernyitkan dahi. “Jadi, jihad bukan sekadar berperang?”
Sang ayah mengangguk. “Benar. Secara bahasa, jihad berasal dari kata jahada, yang berarti bersungguh-sungguh atau berjuang. Dalam Islam, jihad adalah segala bentuk perjuangan yang dilakukan untuk menegakkan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.”
Sang anak berpikir sejenak. “Lalu, jihad yang paling utama itu seperti apa?”
Sang ayah tersenyum. “Ada banyak bentuk jihad. Rasulullah pernah bersabda bahwa jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu. Artinya, perjuangan melawan keinginan buruk dalam diri kita—melawan kemalasan, keserakahan, kebencian, dan sifat buruk lainnya.”
Sang anak semakin tertarik. “Lalu bagaimana dengan jihad yang lain?”
Sang ayah menjelaskan, “Ada jihad dengan ilmu, yaitu berjuang mencari dan menyebarkan kebenaran. Ada jihad dengan harta, yaitu membantu mereka yang membutuhkan. Ada jihad dengan lisan, yaitu berkata benar meskipun sulit. Dan ada jihad fisik, yang hanya terjadi dalam keadaan tertentu, seperti ketika mempertahankan diri dari kezaliman.”
Sang anak mengangguk-angguk. “Jadi, jihad bukan hanya soal perang, tapi juga soal memperbaiki diri dan berjuang demi kebaikan?”
Sang ayah tersenyum penuh kebanggaan. “Tepat sekali, nak. Jihad sejati adalah perjuangan seumur hidup untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menebar manfaat bagi sesama.” (FR)