Umat Hindu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan menggelar persembahyangan Tilem untuk menyambut Hari Raya Nyepi.

Acara dilaksanakan di Pura Agung Datu Magintir Desa Labuhan RT.06 RW.03 Kecamatan Batang Alai Selatan.

“Persembahyangan Tilem umat Hindu Kabupaten HST ini dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947,” kata Plt. Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) HST Susi Kasmina di Barabai, Sabtu (29/3/2025).

Perayaan tahun ini mengangkat tema “Manavaseva Madavasewa Mewujudkan Indonesia Emas 2045” artinya melalui pelayanan kepada sesama, umat Hindu diajak untuk berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia.

Susi mengucapkan terima kasih kepada Dandim 1002/HST dan Kapolres HST yang berpartisipasi selalu hadir bersama masyarakat pada kegiatan pengamanan ibadah Nyepi Umat Hindu.

Ia menjelaskan kegiatan Nyepi melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan Puasa di Pura dan ada juga di rumah selama 24 jam dari Sabtu pagi pukul 06.00 WITA hingga Minggu pagi pukul 06.00 WITA.

Adapun Catur Brata Penyepian terdiri dari Amati Karya yakni pantangan berupa larangan untuk bekerja atau melakukan aktivitas pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu tidak boleh melakukan aktivitas apapun di luar rumah termasuk bekerja.

“Hal itu dilakukan dengan tujuan agar manusia memiliki waktu untuk melakukan perenungan dan introspeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat selama ini,” paparnya.

Kemudian, Amati Geni berupa pantangan atau larangan untuk menyalakan api maupun lampu pada Hari Raya Nyepi bagi seluruh umat Hindu, hal ini memiliki makna untuk mematikan api yang ada dalam diri manusia, seperti kemarahan, iri hati, serta berbagai pikiran yang tidak baik.

Berikutnya, Amati Lelungan adalah pantangan berupa larangan untuk bepergian bagi seluruh umat Hindu dan dianjurkan untuk melakukan perenungan selama 24 jam.

Terakhir, Amati Lelanguan yaitu pantangan berupa larangan untuk mengadakan pesta atau bersenang-senang, pada Hari Raya Nyepi seluruh umat Hindu tidak boleh menikmati hiburan atau bermusik.

“Setelah selesai melaksanakan puasa Nyepi, umat Hindu juga melaksanakan persembahyangan bersama Hari Raya Nyepi/Ngembak Geni di Pura Agung Datu Magintir, kemudian dilanjutkan tradisi bermaafan dengan bersilaturahmi ke rumah-rumah warga atau keluarga,” kata Susi.

|Antara|