CEO Meta (Facebook, Instagram, WhatsApp) Mark Zuckerberg berupaya membantah perusahaannya melakukan monopoli industri media sosial.
Dalam persidangan atas gugatan monopoli dari Komisi Perdagangan Federal (FTC), Zuckerberg mengaku perusahaannya menghadapi persaingan sengit dengan TikTok milik ByteDance asal China.
Zuckerberg mengatakan TikTok merupakan ancaman kompetisi tertinggi bagi Facebook dan Instagram selama beberapa tahun belakangan.
Menurut laporan Business of Apps, TikTok merupakan aplikasi yang paling banyak diinstal sepanjang 2024, yakni mencapai 773 juta. TikTok berhasil menggeser posisi Instagram yang pada 2023 menjadi aplikasi paling banyak diinstal.
Sepanjang 2024, Instagram berada di urutan kedua dengan 759 juta download. Di toko aplikasi Apple App Store, TikTok merajai dengan 186 juta download, sementara Instagram merajai Google Play Store dengan 657 juta download pada 2024.
Kepala pengacara Meta, Mark Hansen, merujuk pada email dari mantan eksekutif Facebook Vijaye Raji pada 2020 silam. Kala itu, Raji menyebut pertumbuhan TikTok mengkhawatirkan.
Raji juga menyebut strategi Meta tidak cukup cepat untuk menghadapi persaingan ketat dengan TikTok, dikutip dari The Hill, Kamis (17/4/2025).
“Meski Reels versi kedua cukup agresif dan menjanjikan, namun masih banyak tantangan untuk menghapus ancaman yang ada,” tulis Raji terkait fitur Reels tahap awal yang dikembangkan untuk berkompetisi dengan TikTok.
“TikTok di AS adalah ancaman yang sangat besar untuk keseluruhan platform kita. Kita harus menunjukkan kekuatan lebih,” tertera dalam email pada 2020 tersebut.
FTC menuntut Meta pada 2020 silam dengan tuduhan upaya mengeliminasi kompetisi dan mempertahankan monopoli perusahaan dengan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp.
Meta mengatakan pihaknya tidak melakukan monopoli dengan argumen masih menghadapi kompetisi yang sengit dengan media sosial lain seperti TikTok, YouTube, dan X.
Setelah sekitar 9 jam diinterogasi oleh FTC selama 2 hari, Zuckerberg menghadapi pertanyaan dari pengacara Meta mulai Selasa (15/4/2025) sore hingga Rabu (16/4/2025) pagi.
Hansen berusaha menyoroti persaingan dari TikTok dan YouTube, sambil mengecilkan pernyataan FTC bahwa Instagram dan WhatsApp memiliki potensi untuk jadi layanan yang sukses sukses sebelum diakuisisi oleh Meta.
Ia menyinggung kekhawatiran Zuckerberg tentang Path pada tahun 2012. Media sosial yang sempat populer itu kini sudah tidak ada lagi. Sekitar 2012 pula Meta mempertimbangkan untuk membeli Instagram.
Zuckerberg mengindikasikan jika ingin mematikan kompetisi, maka perusahaannya akan lebih memilih mengakuisisi Path ketimbang Instagram. Pasalnya, Zuckerberg melihat Path dan Google+ sebagai pesaing langsung kala itu. Sementara itu, Instagram melakukan hal yang sudah searah dengan perusahaannya.
“Saya sedikit lebih khawatir tentang Path. Dari semua perusahaan rintisan sosial baru, mereka satu-satunya yang benar-benar menyentuh inti dari apa yang kami coba lakukan, yaitu mengidentifikasi dan berbagi teman.”
“Secara teori, kami bisa bertahan dengan FourSquare, Quora, Dropbox, Instagram, dll yang tumbuh pesat. Namun, jika Path tumbuh dan tidak terhubung erat dengan Facebook, maka itu akan menjadi masalah besar bagi kami,” tambahnya.
Zuckerberg menekankan pertimbangannya dalam mengakuisisi Instagram berdasar pada pendekatan analisis “bangun atau beli”. Untuk perusahaan, pilihannya adalah membangun sendiri layanan serupa atau membeli perusahaan yang sudah membangun layanan tersebut.
Selain soal akuisisi Instagram, Hansen juga memberikan argumen terkait akuisisi WhatsApp pada 2014.
Beberapa email internal yang ditampilkan FTC pada pekan ini menunjukkan kekhawatiran eksekutif Facebook terkait pertumbuhan aplikasi pesan singkat mobile seperti WhatsApp pada 2012 dan 2013. Mereka khawatir ada potensi WhatsApp memberikan kapabilitas jejaring sosial seperti Facebook.
Namun, Hansen membantahnya dengan menunjukkan email dari Zuckerberg pada 2012 setelah bertemu pendiri WhatsApp Jan Koum. Dalam email itu, Koum dikatakan tak memiliki niat untuk mengembangkan kemampuan aplikasi WhatsApp di luar layanan pesan singkat.
“Saya melihat dia [Koum] merupakan sosok yang mengesankan, namun kurang ambisius,” tulis Zuckerberg dalam email tersebut.
|CNBC Indonesia|