بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kisah sufi ini memang sederhana di permukaan:
Seekor rubah ketakutan karena unta-unta sedang ditangkap untuk kerja paksa.

Ketika ditanya mengapa ia takut –padahal ia jelas bukan unta — rubah menjawab dengan tajam:
“Jika para pembuat keputusan mengatakan aku unta, siapa yang akan membantahnya untukku?”

Makna dalam Bayang-Bayang Kekuasaan
Refleksi utama dari kisah ini adalah waspada terhadap kekuasaan yang tak adil dan sistem yang korup, di mana logika bisa dipelintir, kebenaran bisa diputarbalikkan, dan siapa pun bisa dijadikan kambing hitam.

Rubah, makhluk cerdas dan licik dalam banyak simbolisme, justru dalam kisah ini menunjukkan kebijaksanaan dan kehati-hatian. Ia tahu bahwa dalam dunia yang tidak adil, kebenaran bukan penjamin keselamatan.

Dalam sistem yang bengkok, logika dan fakta bisa dikalahkan oleh tuduhan dan kesepakatan busuk.

Jika Keadilan Tak Berdiri Tegak…
Rubah juga mewakili suara minoritas atau golongan lemah yang tahu bahwa, walau tak bersalah, mereka tetap bisa dikorbankan oleh sistem.

Pernahkah seorang yang tidak bersalah dijebloskan ke penjara karena salah sangka atau karena ada skenario tertentu?

Pernahkah seseorang kehilangan pekerjaannya hanya karena fitnah tanpa pembelaan? Atau masyarakat yang mencap seseorang hanya karena “kelihatan mirip pelaku”?

Kisah ini menegaskan bahwa: Ketiadaan keadilan membuat siapa pun rawan menjadi korban.

Ketakutan Bukan Selalu Tanda Kelemahan
Dalam dunia sufisme, tidak semua ketakutan adalah kelemahan.

Kadang rasa takut adalah tanda dari kebijaksanaan, dari pemahaman akan realitas yang tak adil.

Rubah bukan pengecut—ia realistis, tahu bahwa dalam kekuasaan yang otoriter, kadang “mirip pun bisa ditangkap”, dan tak ada yang mau membela.

Renungan Sosial Kita Hari Ini
Bukankah ini sering terjadi juga di dunia kita?
Orang-orang ditangkap bukan karena bersalah, tapi karena “berdekatan” dengan sesuatu yang dianggap salah.

Orang dikucilkan bukan karena mereka jahat, tapi karena mereka tak punya daya untuk membela diri.

Kisah rubah ini mengingatkan kita untuk:
Berhati-hati di tengah sistem yang tak adil.
Jangan cepat menghakimi mereka yang terlihat takut.

Waspada terhadap kekuasaan yang tak berpijak pada kebenaran.

Dan jika kita berada di pihak yang berkuasa, jagalah jangan sampai kita menjadi “yang menyebut rubah sebagai unta”.

Penutup: Kearifan Si Rubah
Rubah tahu satu hal penting:
“Jika kekuasaan menentukan apa itu kenyataan, maka kenyataan bisa dibengkokkan. Dan aku bisa dijadikan korban, walau aku bukan unta.”

Sebuah pelajaran untuk kita semua agar tidak cepat merasa aman hanya karena kita “bukan target”.

Karena dalam sistem yang bengkok, hari ini mereka, besok mungkin kita. (FR)