Startup asal Inggris yang bernama Builder.ai berakhir bangkrut. Dari dana US$ 450 juta (Rp 7,3 triliun) yang diterima dari investor, uang yang tersisa di kas perusahaan tinggal US$ 5 juta (Rp 81 miliar).

Builder.ai padahal sempat menjadi perusahaan dengan kantong paling tebal di bidang kecerdasan buatan (AI).

Investasi US$ 450 juta dari berbagai investor termasuk Microsoft, SoftBank, dan dana investasi Qatar mendongkrak valuasi perusahaan melampaui US$ 1 miliar (Rp 16,22 triliun).

Namun, Builder.ai harus menghentikan operasional setelah salah satu investornya menyita uang senilai US$ 37 juta (Rp 600 miliar) dari rekening perusahaan.

Uang Rp 81 miliar yang tersisa dinilai tidak cukup untuk melanjutkan operasional sehingga pemimpin perusahaan memutuskan untuk menempuh proses kebangkrutan.

Menurut Futurism, kebangkrutan Bulider.ai adalah sinyal tekanan biaya operasional bisnis AI yang makin tinggi dan ketidaksabaran investor.

Builder.ai muncul menjanjikan platform untuk membuat aplikasi “semudah memesan pizza.”

CEO Builder.ai Manpreet Ratia menyatakan uang tunai yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk operasional sehari-hari. Bahkan, dalam beberapa waktu terakhir, beberapa rekening perusahaan di AS dan Inggris kosong melompong.

“Kami tidak mampu pulih dari tantangan historis dan keputusan di masa lalu, yang membuat kondisi keuangan sangat berat,” katanya kepada Financial Times.

Ratia diangkat sebagai CEO pada Maret untuk menggantikan pendiri perusahaan, Sachin Dev Duggal.

Di bawah kepemimpinan Duggal, Builder.ai tidak hanya menghabiskan dana investasi yang mereka galang tetapi juga membukukan utang ratusan juta dolar AS

Kini, Duggal sedang mengalami masalah hukum di India, yaitu sebagai tersangka kasus pencucian uang.

Viola Credit, perusahaan yang menyita uang dari kas Builder.ai tidak memberikan respons saat dimintai tanggapan oleh Tech Crunch.

Menurut Tech Crunch, perusahaan AI kini meraup 40 persen dari dana investasi yang disalurkan ke semua jenis perusahaan rintisan di AS. Namun, mayoritas perusahaan AI belum punya produk yang bisa menarik minat pengguna, apalagi menghasilkan laba.

Kebanyakan startup AI disebut tak mampu menemukan sumber pendapatan yang konsisten dan hanya mengandalkan uang dari investor. Hasilnya, banyak yang ketahuan berbohong soal kemampuan teknologi yang mereka kembangkan demi mendapatkan pendanaan baru.

Pada 2019, Builder.ai ketahuan menyebut software yang dibuat oleh manusia sebagai software buatan AI.

|CNBC Indonesia|