PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) meneguhkan komitmennya untuk mendorong upaya konservasi kawasan Rawa Pening.
Rawa Pening merupakan danau alam di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah seluas 2.670 ha.
Kondisi Rawa Pening terus mengalami sedimentasi dan invasi eceng gondok yang memperburuk ekosistem dan mengancam potensi kawasan sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Semarang.
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, DR (HC) Irwan Hidayat mengatakan, inisiatif konservasi telah dimulai sejak tahun 2016.
Salah satunya melalui inovasi produksi pelet biomassa sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan, dimana pelet ini memiliki kalori sebesar 4.300 dan harga jual sekitar Rp1.600.
“Dulu saya sudah buat peletnya dan punya mesin, tapi tidak ada pihak yang menindaklanjuti. Padahal kalau dikembangkan, ini bisa jadi solusi energi untuk pengusaha sekitar dan membantu konservasi rawa,” katanya, di sela-sela Sarasehan dan Ziarah Lingkungan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, di kawasan Rawa Pening, Kamis (12/6/2025).
Pada kesempatan itu PT Sido Muncul juga memberikan bantuan sebanyak 20.000 bibit ikan. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kelestarian lingkungan Rawa Pening.
Melansir Jateng Pos, Irwan mengungkapkan Rawa Pening diharapkan bisa kembali menjadi kawasan hijau yang produktif, lestari, dan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Bahkan, jika dioptimalkan dengan memanfaatkan sumber daya lokal, konservasi Rawa Pening sebenarnya juga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tanah di kawasan tersebut.
“Sido Muncul terus tergerak melakukan konservasi kawasan Rawa Pening. Dan kali ini, untuk mewujudkannya, Sido Muncul berkolaborasi dengan LPBI PWNU Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Semarang, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Semarang, Nur Arifah menuturkan, pihak Pemerintah Kabupaten Semarang pun terus berupaya sebisa mungkin untuk mengelola Rawa Pening dengan segala keterbatasan yang ada.
“Target PAD dari kawasan ini sudah mencapai Rp1,9 miliar, namun kewenangan kami terbatas. Ini butuh sinergi semua pihak, terutama dari pemerintah pusat,” ujarnya.
Ketua LPBI NU Jateng Wibowo menyatakan pihaknya akan menindaklanjuti hasil sarasehan dengan dua langkah pelibatan kader NU dalam konservasi dan advokasi langsung ke pemerintah pusat melalui PBNU.
“Kami akan menyurati pemegang kebijakan agar penanganan Rawa Pening tidak berhenti pada simbolik saja. Harus ada strategi menyeluruh, dari sedimentasi hingga pemanfaatan ekonomi,” ujar Wibowo.
Ia menambahkan, usulan konkret lainnya termasuk mengajak PTPN IX sebagai pihak yang memiliki kepentingan langsung dalam pengelolaan lahan di sekitar Rawa Pening. Diharapkan, keterlibatan korporasi besar dapat mempercepat realisasi konservasi berkelanjutan di kawasan tersebut.
“Kegiatan ini menunjukkan bahwa penyelamatan Rawa Pening bukan sekadar wacana, tetapi membutuhkan tindakan nyata lintas sektor. Komitmen dari organisasi masyarakat, pemerintah daerah, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan agenda lingkungan ini,” pungkas Wibowo. YCM
|JatengPos| Foto: Aning Karindra|