Elon Musk mengungkap kekhawatirannya terhadap masa depan keamanan Bitcoin (BTC) di tengah perkembangan teknologi quantum computing.
Melalui AI chatbot miliknya, Grok, Musk menyoroti potensi risiko kriptografi Bitcoin yang mungkin tidak lagi aman pada akhir dekade ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Musk di tengah meningkatnya diskusi global soal ancaman quantum computing terhadap sistem keamanan digital, termasuk blockchain dan aset kripto.
“Bitcoin akan tetap tangguh terhadap ancaman komputer kuantum hingga akhir dekade ini,” ujar Grok seperti dikutip dari Coin-Turk, Senin (4/8/2025).
Teknologi quantum computing dinilai mampu memecahkan perhitungan matematis kompleks dalam waktu singkat.
Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa algoritma kriptografi seperti ECDSA dan SHA-256, yang menjadi fondasi keamanan Bitcoin, bisa ditembus di masa depan.
Pakar: Bitcoin Masih Aman, Tapi Harus Waspada
Saat ini, tidak ada ancaman langsung dari quantum computing terhadap Bitcoin. Namun, para ahli memperkirakan bahwa ancaman tersebut dapat muncul dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, tergantung pada kecepatan perkembangan teknologi.
Sejumlah pengembang blockchain dan ahli kriptografi telah mulai menyiapkan sistem keamanan baru berbasis post-quantum cryptography. Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan serangan dari komputer kuantum di masa depan.
Quantum Masih Terbatas, Tapi Risiko Nyata
Meski belum tersedia secara luas, quantum computing tengah dikembangkan oleh berbagai perusahaan teknologi besar di dunia.
Jika teknologi ini mencapai skala besar, kemampuan untuk memecahkan algoritma kriptografi yang kompleks akan menjadi ancaman serius bagi seluruh sistem digital.
Selain Bitcoin, berbagai aset kripto lain yang menggunakan sistem enkripsi konvensional juga berada dalam risiko yang sama.
Kesimpulan
Sejumlah proyek blockchain mulai meneliti dan mengembangkan algoritma alternatif yang lebih tahan terhadap ancaman kuantum.
Namun, hingga saat ini belum ada standar global yang ditetapkan untuk menggantikan sistem kriptografi yang ada.
Sementara itu, regulator dan otoritas keamanan siber global belum memberikan tanggapan atau panduan spesifik terkait potensi ancaman ini.
Sumber : Indodax