بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Panggung politik di negeri ini memperlihatkan paradoks besar dalam praktik demokrasi Indonesia: lembaga legislatif yang seharusnya menjadi penyeimbang kekuasaan eksekutif justru kehilangan roh representasinya.

DPR, alih-alih mengemban mandat rakyat, sering kali tampil arogan, tidak peka, dan cenderung hanya menjadi perpanjangan tangan penguasa.

Kemarahan publik yang memuncak dalam bentuk tuntutan pembubaran DPR sesungguhnya tidak lahir dalam ruang hampa. Ia adalah akumulasi frustrasi terhadap perilaku politikus yang lebih sibuk dengan kepentingan diri dan kelompoknya daripada memperjuangkan kepentingan rakyat.

Memang, secara konstitusional, pembubaran DPR nyaris mustahil dilakukan karena UUD 1945 sudah menutup pintu itu. Tetapi desakan itu punya makna simbolis: ia adalah bentuk ekspresi keras bahwa rakyat sudah tidak percaya lagi pada lembaga yang seharusnya menjadi representasi mereka.

Refleksi penting dari peristiwa ini ialah bahwa demokrasi bisa mati bukan hanya karena otoritarianisme eksekutif, tetapi juga karena kebuntuan dan kebusukan lembaga legislatif.

DPR yang hanya menjadi “tukang stempel” pemerintah pada dasarnya turut membunuh demokrasi dengan cara yang lebih halus tetapi mematikan.

Selain itu, demonstrasi rakyat yang menuntut pembubaran DPR justru mencerminkan sehatnya insting politik masyarakat. Mereka sadar bahwa ada yang tidak beres, meski mungkin tidak semua paham solusi konstitusionalnya.

Dengan turun ke jalan, masyarakat sedang menjalankan peran mereka sebagai warga republik: menjaga agar negara tidak sepenuhnya dibajak oleh elite politik.

Pada akhirnya, refleksi dari situasi ini menegaskan kembali bahwa kedaulatan rakyat tidak boleh berhenti pada bilik suara saat pemilu. Kontrol publik melalui kritik, demonstrasi, dan partisipasi aktif adalah mekanisme vital untuk menahan laju penyimpangan kekuasaan.

Jika DPR gagal menjadi penyeimbang, maka rakyatlah yang harus mengambil alih peran itu, sekurang-kurangnya dalam bentuk tekanan moral dan politik. (FR)

DEMO DI DPR – Aparat kepolisian memukul mundur massa aksi unjuk rasa di gedung DPR/MPR RI, Senin (25/8/2025). Foto : Tribunnews.com/Alfarizy AF