Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur berupaya mengatasi ancaman kepunahan penutur bahasa daerah di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara) melalui penguatan program revitalisasi, termasuk lewat muatan lokal (mulok) di satuan pendidikan.

“Dari 16 bahasa daerah yang teridentifikasi di Kaltimtara, sebagian besar mengalami penurunan fungsi dan jumlah penutur,” ujar Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Asep Juanda saat ditemui di Samarinda, Selasa (21/10/2025).

Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur mencatat dari 16 bahasa daerah, sebagian besar berada dalam kondisi rentan hingga terancam punah.

Beberapa bahasa terancam punah di antaranya adalah bahasa Punan Merah, Dusun, dan Tunjung. Ketiga bahasa tersebut merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Dayak.

Kini, bahasa-bahasa itu hanya dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di Mahakam Ulu, Paser, dan Kutai Barat.

Asep Juanda menjelaskan bahwa hasil pemetaan menunjukkan tingkat vitalitas bahasa-bahasa daerah di Kaltimtara sangat bervariasi.

Beberapa bahasa seperti Melayu Kutai, Paser, Banjar, Bugis, Bahau, dan Kenyah masih digunakan secara aktif oleh penuturnya.

“Namun, ada beberapa bahasa lain yang sudah mulai rawan, seperti Punan Merah, Dusun, Segaai, Tunjung, Basap, dan Punan Long Lamcin,” kata Asep.

Kondisi rawan punah ini ditandai karena bahasa-bahasa tersebut mulai kehilangan penutur mudanya.

Asep menegaskan jika tidak dilakukan upaya revitalisasi yang serius, bahasa-bahasa ini berpotensi terancam punah dalam waktu dekat.

Widya Bahasa Ahli Muda dari Balai Bahasa Kaltim Nurul Masfufah memberikan contoh spesifik terkait ancaman kepunahan ini. Salah satu bahasa yang sangat rawan terancam adalah bahasa Punan Merah.

Bahasa ini dituturkan di Long Merah, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Hulu.

“Bahasa Punan Merah di Mahakam Ulu dan Bahasa Dusun di Paser saat ini hanya digunakan di satu kampung,” jelas Nurul.

Dia menambahkan, penutur di kampung tersebut sebagian besar sudah berusia lanjut. Berdasarkan data dari Summer Institute of Linguistics (SIL) dan hasil pemetaan Balai Bahasa, jumlah penuturnya tidak mencapai seribu orang.

Sumber : Antara