Menteri Investasi Rosan Roeslani dan CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), mengungkapkan pemerintah Indonesia telah memulai pembicaraan dengan China untuk merestrukturisasi utang perusahaan kereta cepat

Pembangunan proyek senilai US$7,3 miliar yang menghubungkan Jakarta–Bandung ini sempat tertunda akibat masalah lahan, pandemi, dan membengkaknya biaya, sehingga peluncuran mundur dari 2019 menjadi 2023.

Rosan pada pada Kamis (23/10/2025) menegaskan bahwa pemerintah menginginkan reformasi menyeluruh dalam restrukturisasi. “Kami menginginkan reformasi komprehensif, sehingga setelah restrukturisasi tidak akan ada lagi kemungkinan gagal bayar dan sejenisnya di masa depan,” katanya.

Sementara itu, Danantara terus membahas perpanjangan jangka waktu pembayaran pinjaman, suku bunga, dan denominasi mata uang dengan mitra China.

COO Danantara, Dony Oskaria, mengatakan, “Publik tidak perlu khawatir. Whoosh memberikan banyak manfaat, terutama di bidang transportasi. Saat ini kami melayani sekitar 20.000 hingga 30.000 penumpang per hari, dan kami akan terus meningkatkan kualitas layanan.”

Dony menambahkan delegasi akan dikirim ke China untuk finalisasi kerangka restrukturisasi, termasuk perpanjangan durasi pembayaran dari 40 menjadi 60 tahun.

“Kami terus melanjutkan negosiasi dan akan kembali ke China untuk membahas syarat pinjaman. Ini termasuk durasi pembayaran, suku bunga, dan mata uang yang digunakan,” jelasnya.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan dukungannya terhadap upaya restrukturisasi, namun tidak akan ikut langsung dalam negosiasi.

“Saya hanya mengamati. Kalau mereka mencapai kesepakatan, itu bagus. Sebaiknya tetap business-to-business itu ideal,” katanya.

Proyek Whoosh, kereta cepat pertama di Asia Tenggara, telah beroperasi komersial sejak 2023, menempuh perjalanan Jakarta–Bandung dalam sekitar 45 menit.

Sumber : IDN Financials