Jamu sebagai kekayaan budaya Indonesia telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya nonbenda dunia.

Namun, pemahaman masyarakat terhadap informasi akurat mengenai jamu dan manfaatnya masih perlu diperkuat.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tanaman obat yang sangat melimpah.

Berbagai tanaman seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak, secang, sambiloto, hingga kayu putih telah lama dimanfaatkan sebagai bahan jamu dan obat herbal.

Potensi ini tidak hanya menopang kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung pengembangan industri farmasi berbasis bahan alami.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terus memperkuat komitmen dalam mendorong kemandirian sektor kesehatan melalui pengembangan produk herbal berbasis riset.

Perusahaan bahkan menyiapkan paten produksi serta riset literatur sebagai bahan referensi ilmiah.

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, pihaknya telah membentuk tim khusus untuk menyusun dan menerbitkan buku yang memuat kumpulan riset bahan baku jamu alami dari berbagai jurnal ilmiah.

“Riset bahan baku jamu alami dari jurnal-jurnal akan saya kumpulkan, sejauh mana pemanfaatan dan khasiatnya, lalu disusun dalam sebuah buku agar masyarakat bisa meramu jamu dengan baik dan benar,” ujar Irwan dalam keterangannya, Rabu (17/12/2025).

Ia menjelaskan, hasil riset menunjukkan berbagai tanaman obat dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama jamu, minuman kesehatan, dan obat herbal.

Melalui literasi berbasis riset, masyarakat diharapkan memahami khasiat tanaman obat serta cara meracik jamu secara tepat.

“Dengan informasi yang benar, masyarakat bisa tahu sakit ini obatnya apa, sakit itu alternatifnya apa, termasuk jamu sebagai pendamping pengobatan medis,” jelasnya.

Irwan menegaskan kemandirian obat herbal tidak berarti harus membangun pabrik.

Menurutnya, pemanfaatan jamu dapat dimulai dari pengetahuan yang benar dan akses bahan baku yang tersedia di pasar maupun perusahaan jamu.

“Tujuannya agar pemanfaatan jamu menyebar luas. Masyarakat bisa meracik sendiri berdasarkan hasil riset tanpa harus selalu bergantung ke dokter,” ujarnya.

Tradisi konsumsi jamu telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia secara turun-temurun.

Namun, Irwan menilai tradisi tersebut perlu diperkuat dengan riset agar khasiat jamu semakin optimal dan dapat diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Langkah tersebut diharapkan mendorong pemanfaatan jamu sebagai obat tradisional lokal yang terstandar dan aman.

Dalam waktu dekat, Sido Muncul akan meluncurkan buku hasil riset bahan baku jamu alami yang disusun tim internal perusahaan.

Irwan menegaskan jamu memiliki peran penting sebagai obat pendamping produk farmasi modern.

Ia menilai pendekatan pengobatan berbasis pilihan, termasuk jamu, telah menjadi solusi di berbagai negara.

“Pasien perlu diberdayakan untuk memilih opsi pengobatan, termasuk jamu. Ini bagian dari pendekatan kesehatan yang holistik,” katanya.

Sido Muncul juga tengah menyiapkan 60 produk herbal untuk diperkenalkan kepada dokter dan apoteker guna meningkatkan kepercayaan terhadap produk berbahan alami.

Saat ini, Sido Muncul memiliki 59 produk berbasis tanaman obat seperti kunyit, temulawak, daun dewa, pace, dan jahe.

Irwan menyebut Indonesia memiliki sekitar 38.000 jenis tanaman obat, namun pemanfaatannya masih memerlukan dukungan riset dan regulasi.

Hingga kini, BPOM baru mengizinkan sekitar 350 jenis tumbuhan sebagai bahan obat herbal.

“Potensinya sangat besar. Dengan riset, edukasi, dan dukungan kebijakan, jamu bisa menjadi kekuatan utama sistem kesehatan nasional,” pungkas Irwan. YCM

Sumber : Inilah Jateng. Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan produk andalan Tolak Angin.