Di sepanjang aliran Sungai Mahakam, masyarakat sejak lama mengenal kisah tentang makhluk raksasa yang diyakini hidup di kedalaman sungai.

Makhluk itu disebut ular lembu yang digambarkan berukuran sangat besar, menyerupai naga, dan kerap dikaitkan dengan pusaran air, arus kuat, hingga peristiwa ganjil di sungai.

Kisah ini tidak pernah tercatat sebagai fakta ilmiah, tetapi hidup sebagai legenda yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat bantaran Mahakam.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa Sungai Mahakam menyimpan sebuah legenda tua tentang makhluk mitologis yang disebut ular lembu.

Kisah ini jarang dibahas secara terbuka, namun hidup dalam ingatan kolektif masyarakat sungai dan diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.

Legenda ular lembu dibahas dalam kajian sejarah dan budaya yang ditulis peneliti sejarah Kalimantan Timur, Muhammad Sarip.

Dalam kajiannya, Sarip menyebut ular lembu bukan sekadar cerita mistis, melainkan refleksi cara masyarakat lokal memahami alam, khususnya Sungai Mahakam.

“Meskipun ada unsur Pemda Kabupaten Kutai tahun 1970-an yang menganggap ular lembu merupakan hewan purba yang tersisa di masa modern, tetapi ular lembu relatif tidak bisa dipahami sebagai makhluk nyata dalam pengertian ilmiah. Ia hadir sebagai legenda yang merepresentasikan relasi manusia dengan sungai,” kata Sarip kepada detikKalimantan, dikutip JumatĀ  (26/12/2025).

Apa Itu Ular Lembu?
Ular lembu digambarkan sebagai ular berukuran sangat besar, menyerupai naga atau ular raksasa, yang diyakini mendiami Sungai Mahakam. Dalam cerita rakyat, kemunculannya kerap dikaitkan dengan pusaran air besar, gelombang mendadak, hingga fenomena aneh di sungai.

Sarip menjelaskan, gambaran tersebut muncul dari pengalaman masyarakat sungai menghadapi alam yang sulit diprediksi.

“Ketika manusia belum memiliki penjelasan ilmiah, fenomena alam seperti pusaran air, arus kuat, atau suara misterius dimaknai melalui cerita mitologis,” ujarnya.

Legenda ular lembu berkembang di kawasan Sungai Mahakam, terutama di wilayah Samarinda dan daerah-daerah yang sejak lama menggantungkan hidup pada sungai.

Cerita ini telah dikenal jauh sebelum pencatatan modern dan hidup melalui tradisi lisan. Menurut Sarip, Sungai Mahakam bukan hanya jalur transportasi dan ekonomi, tetapi juga ruang simbolik.

“Bagi masyarakat sungai, Mahakam adalah ruang hidup sekaligus ruang makna. Maka alam tidak pernah dipisahkan dari nilai dan cerita,” katanya.

Diwariskan Turun Temurun
Cerita ular lembu diwariskan oleh masyarakat bantaran sungai, nelayan, serta pelaku transportasi air. Legenda ini menjadi bagian dari pengetahuan lokal untuk membaca tanda-tanda bahaya sungai.

“Legenda seperti ini berfungsi sebagai peringatan. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk membangun sikap respek terhadap alam,” jelas Sarip.

Sarip menyebut, legenda ular lembu bertahan karena memiliki fungsi sosial. Ia menjadi cara masyarakat menanamkan etika, kewaspadaan, dan aturan tak tertulis dalam berinteraksi dengan sungai.

Dalam perspektif sains, fenomena yang dikaitkan dengan ular lembu dapat dijelaskan melalui arus bawah sungai, sedimentasi, atau proses alam lainnya. Namun, Sarip menegaskan bahwa pendekatan ilmiah tidak serta-merta menihilkan nilai budaya.

“Legenda bukan untuk diuji benar atau salah, tetapi untuk dipahami maknanya,” ujarnya.

Sumber : detik. Ilustrasi AI ular lembu di Sungai Mahakam. Foto: dok Istimewa