Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi berupaya melakukan konsolidasi di industri telekomunikasi, serta mendorong agar Smartfren melakukan merger dengan operator lainnya.
Menkominfo menargetkan Indonesia hanya memiliki tiga operator seluler demi industri telekomunikasi yang lebih efisien dan sehat. Ia mengatakan,banyak negara yang saat ini hanya dilayani oleh tiga operator seluler.
“Konsolidasi harus tercipta untuk menjadi 3 operator sehingga terjadi peningkatan kualitas pelanggan, jaringan yang lebih kuat serta efisiensi biaya,” kata Budi Arie kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/9/2023).
Menurut Budi, selain opsi merger dengan XL, Smartfren juga bisa merger dengan operator lainnya baik Indosat maupun Telkomsel, yang terpenting konsolidasi menjadi 3 operator terwujud.
Dorongan merger ini bisa dibilang wajar mengingat Smartfren memiliki beberapa catatan buruk. Terkini, pihaknya disebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada ratusan pegawainya secara sepihak. Hal ini disampaikan oleh Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK), Mirah Sumirat.
Dalam keterangan resmi ASPEK, terdapat sedikitnya 100 karyawan di-PHK secara sepihak pada bulan Agustus lalu. PHK sepihak dan massal diketahui masih akan berlanjut tahun ini dengan diperkirakan jumlahnya mencapai 300-an karyawan.
PHK yang dilakukan Smartfren disebut Mirah tidak memenuhi aturan yang berlaku. Ini baik secara proses ataupun hak normatif yang wajib dibayarkan perusahaan.
Menurut Mirah, para karyawan yang terdampak PHK juga tidak mendapatkan hak sesuai ketentuan yang berlaku. Mereka hanya mendapatkan kompensasi dari gaji pokok dan tidak ada tunjangan lainnya.
“Ironisnya para karyawan yang di-PHK, tidak mendapatkan hak-hak sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, karena hanya diberikan kompensasi yang hanya diperhitungkan dari gaji pokok saja dan tidak memperhitungkan tunjangan lain yang bersifat tetap,” ungkap Mirah.
Manajemen Smartfren pun buka suara soal kabar pemecatan ratusan pegawai secara sepihak. Mereka menjelaskan bahwa perusahaan harus mengambil inisiatif untuk penajaman strategi bisnis.
Director Investor Relations & Media Smartfren, Gisela Lesmana menjelaskan perusahaan melakukan sejumlah inisiatif termasuk redefinisi tugas dan fungsi kerja.
“Perusahaan melakukan beberapa inisiatif penajaman strategi bisnis, benchmarking dan perbaikan kinerja, seperti redefinisi tugas dan fungsi kerja supaya meningkatkan daya saing. Hal ini sejalan dengan perkembangan industri yang menuntut perusahaan untuk senantiasa melakukan transformasi demi menunjang kelangsungan usaha,” jelasnya dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (27/9/2023).
Di sisi lain, secara kinerja laba bersih perusahaan hanya sebesar Rp 54,60 miliar pada semester pertama tahun ini. Beban usaha yang dimiliki perseroan juga mencapai 94,46% dari total pendapatan, meskipun angkanya sedikit turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 101,67% dari total pendapatan.
Sementara pada tahun lalu, Smartfren membukukan laba sebesar Rp1,1 triliun namun bukan dari kinerja bisnis melainkan keuntungan dari investasi saham.
Berdasarkan catatan pada laporan keuangan FREN, investasi dalam saham terdiri dari PT Mora Telematika Indonesia Tbk (Moratel) sebesar dengan nilai wajar Rp851,69 miliar. Kemudian Dalligent Solutions Pte.,Ltd, sebesar Rp73,95 miliar.
Sementara itu keuntungan yang belum direalisasikan atas kenaikan nilai wajar saham senilai Rp1,57 triliun.
Menurut laporan keuangan FREN, perusahaan memiliki 18,32% kepemilikan atas saham Moratel setelah diadakan Initial Public Offering (IPO) pada Agustus 2022.
Sebelumnya Moratel diakuisisi oleh Smartel yang merupakan entitas anak dari FREN pada Mei 2021 dengan setoran modal sebesar Rp 360.000.812.000, sehingga Smartel memiliki 20,5% kepemilikan saham pada Moratel.
Setelah itu Moratel melakukan peningkatan modal dan Smartel Kembali melakukan penyertaan saham sebesar Rp 298.077.380.000 sehingga tidak terdilusi saham Smartel.
Moratel sendiri merupakan perusahaan yang menjalankan bidang usaha internet, sewa jaringan interkoneksi, domestik maupun international.
Sementara itu PT SF Digital Terdepan (SFDT), entitas anak FREN, menandatangani Share Subscription Agreement yang menyetujui penyertaan saham sebesar 10% kepemilikan dalam Dalligent Solutions Pte., Ltd, (DSPL) dengan nilai penyertaan sebesar US$5.000.000.
DSPL adalah suatu perusahaan yang entitas anaknya memiliki kegiatan usaha terkait dengan teknologi informasi dengan mengembangkan dan mengoperasikan platform aplikasi digital.
Sejatinya jika FREN tidak mendapatkan keuntungan dari investasi saham, FREN diperkirakan masih akan mengalami rugi hingga Rp 565 miliar.
Penyebabnya adalah beban bunga dan keuangan lainnya yang sampai senilai Rp1,1 triliun. Beban bunga menyapu seluruh laba usaha yang berhasil diraih sepanjang 2022 yakni senilai Rp 623,12 miliar tumbuh 137% dari perolehan laba usaha 2021.
Source : CNBC Indonesia