Balarut adalah ajakan untuk mengalir bersama, melebur batas, dan membuka diri pada pertemuan. Inilah tema Banjarmasin Art Week (BAW) 2025. Wadah di mana seniman, komunitas, dan masyarakat saling menyapa melalui seni.
Ini bukan sekadar ajang hiburan.
Seni terus berkembang, seperti arus sungai yang mengalir dan membentuk pola.
“Balarut adalah metafora untuk perubahan dan adaptasi. Setiap karya seni membawa makna berbeda bagi setiap orang, tergantung pengalaman pada perspektifnya,” jelas Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin, Hajriansyah, Sabtu (6/9/2025) pada pembukaan Banjarmasin Art Week (BAW).
Banjarmasin Art Week (BAW) sudah menjadi agenda seni tahunan Dewan Kesenian Banjarmasin, sudah memasuki tahun keempat dan ini menjadi agenda tahunan.
Menurut Hajriansyah, BAW setiap tahun selalu menawarkan gagasan dalam rangka pengembangan seni berkelanjutan. “Melalui tema-tema yang bertujuan menginspirasi kerja kreatif seniman dan elaborasi serta kolaborasi karya-karya mereka dengan tata ruang kelola para pihak yang berkepentingan terhadap kesenian di Banjarmasin,” ungkapnya.
Adakalanya tema umum BAW, lanjut Hajriansyah, dijadikan acuan untuk semua bentuk penampilan karya. Namun, ada pula yang tema bagian tampilan di dalamnya terpisah dari tema utama, namun masih melanjutkan semangat tema utama.
Diungkapkannya, tema “Hidup Singkat, Seni Abadi” kali ini adalah subtema BAW “Balarut” 2025 untuk pameran seni rupa.
“Tema ini bersifat inspiratif dan tidak dimaksudkan untuk direspons secara saklek dalam visualisasi karya yang terbuka bagi berbagai media penciptaan seni rupa sangat diharapkan, ” tutur Hajriansyah.
Selama sepekan penuh, BAW 2025 menghadirkan pameran seni rupa, pasar seni, pertunjukan teater, musik, sastra, hingga diskusi publik. Ruang ini diproyeksikan menjadi titik temu baru bagi ekosistem seni di kota, sekaligus membuka ruang interaksi antara pelaku seni dan masyarakat. (wln)