Kabut asap yang mulai hadir sepanjang bulan September kian memuncak di Oktober.
Bagi warga Banjarmasin dan Kabupaten Banjar itu sangat bermasalah.
“Kemarin pagi itu habis Subuh ke Pasar Subuh (Pasar Antasari) belanja koler banar, mana lagi batuk-batuk. Pedas mata, terpaksa tetap pergi ke pasar, kalau tidak dagangan kosong,” kata Nenek Niah di Pemurus, Selasa (3/10/2023).
Sepanjang hari Selasa memang kabut bertahan menutupi langit kota Banjarmasin. Kabut akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga dirasakan di daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan.
“Beberapa waktu lalu belukar di belakang rumah kami terbakar. Warga gotong royong memadamkannya,” ujar Amang Ital, warga Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala.
Berdasarkan pemantauan Monitor Borneo, sepanjang Selasa (3/10/2023) udara Banjarmasin dan sekitarnya memang tampak gelap dan muram. Bau benda terbakar kadang tercium di hidung terhembus angin.
Kalalatu (abu serpihan bekas benda terbakar) mengotori rumah warga. Udara terasa sengak dan membuat kerongkongan gatal ingin batuk.
Catatan Index Standar Pencemar Udara (ISPU) KLHK Stasiun Banjarmasin Kayu Tangi per 1 Oktober 2023 bahkan mencatat nilai ISPU 202 “Sangat Tidak Sehat”. BA