Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat menyatakan produktivitas tidak harus selalu diukur dari angka atau capaian target tertentu.

Bahkan, kata Irwan, rahasia kesuksesan perusahaan jamu terbesar di Indonesia yang berusia 74 tahun itu terletak pada kebahagiaan karyawan.

Ia mengungkapkan itu dalam Kick Off sekaligus Dialog Interaktif Pekan Peningkatan Produktivitas Nasional (P3N) 2025 di Pabrik Sido Muncul, Kabupaten Semarang, Senin (10/11/2025).

Acara ini menjadi ajang bagi Kementerian Ketenagakerjaan untuk mendorong produktivitas di sektor industri.

Irwan mengatakan, produktivitas akan tumbuh secara alami ketika pekerja merasa bahagia dan diperlakukan dengan manusiawi.

“Kalau SDM-nya happy, ya produktivitas unggul. Lah, kalau SDM-nya enggak happy, ya enggak unggul. Pasti enggak keru-keruan. Pokoknya, gol kita setiap orang di dalam kehidupan itu adalah kebahagiaan. Nah, sebagai pengusaha saya juga mengerti bahwa salah satu gol kami adalah karyawannya bahagia kerja di sini,” tutur Irwan.

Ia menambahkan, pendekatan yang ia terapkan di Sido Muncul bukan hanya soal efisiensi, melainkan juga soal membangun hubungan yang sehat antara manajemen dan pekerja.

Baginya, rasa saling menghargai adalah fondasi utama yang menjaga semangat kerja di tengah perubahan zaman.

Filosofi jamu yang ia warisi dari keluarganya tak hanya soal meraup keuntungan pribadi, tetapi juga merawat hubungan antarmanusia di tempat kerja.

“Perusahaan jangan hanya menuntut, tapi juga harus memberi. Kalau karyawan merasa dipercaya dan diperhatikan, mereka akan jauh lebih produktif. Misalnya, kami buat tempatnya yang layak, enak buat kerja. Jaminan sosialnya juga kalau kami sebagai perusahaan ya kalau bisa di atas aturan,” ungkap Irwan.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan RI Prof Yassierli menegaskan bahwa peningkatan produktivitas merupakan faktor kunci menuju Indonesia Emas 2045.

Ia menyoroti pentingnya intervensi pada empat pilar utama, yakni People, Product, Process, dan Policy.

“Produktivitas adalah strategi utama untuk meningkatkan daya saing industri. Kita perlu membangun tenaga kerja yang mampu menciptakan nilai tambah lebih besar,” jelas Yassierli.

Ia juga mengingatkan, bonus demografi harus dimanfaatkan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, bukan hanya jumlahnya. “Tantangan kita tak sekadar kuantitas, tapi kualitas dan relevansi kemampuan tenaga kerja terhadap kebutuhan industri,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Agung Nur Rohmad, turut mengapresiasi komitmen Sido Muncul dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan sejahtera.

Menurutnya, Sido Muncul sebagai perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 4.000 karyawan dapat menjadi contoh bahwa produktivitas nasional bisa ditingkatkan melalui keseimbangan antara kesejahteraan dan kinerja.

P3N 2025 sendiri digelar sebagai upaya pemerintah memperkuat budaya produktivitas di berbagai sektor, termasuk industri jamu yang menjadi bagian penting dari ekonomi nasional.

“Tentu, Sido Muncul ini kan brand yang kita lihat dari sisi peningkatan produktivitas itu baik, dibanding dengan industri manufaktur itu tingkat produktivitasnya sudah tinggi. Jadi, kita pengin lihat juga industri-industri lainnya seperti Sido Muncul,” ujar Agung.

Acara P3N itu juga dihadiri Brand Ambassador Tolak Angin Sido Muncul Andy F Noya. Sosok jurnalis dan pembawa acara senior itu turut meramaikan talk show dan mengajak peserta merenungkan makna produktivitas dari sisi kemanusiaan dan kejujuran.

Andy menyoroti pentingnya etos kerja yang lahir dari keikhlasan dan proses yang jujur. Ia menyinggung mentalitas sebagian orang Indonesia yang sering mencari jalan pintas untuk mencapai kesuksesan.

Menurut Andy, produktif bukan berarti bekerja keras dan memiliki pencapaian tinggi semata, melainkan membangun karakter dan proses yang benar sejak pendidikan dasar. Ia menilai, bangsa Indonesia kerap lupa menghargai proses dan terlalu mudah puas dengan hasil instan.

“Kalian boleh kaya, boleh berhasil, tapi harus berdampak bagi orang lain,” ujarnya.

Dalam percakapan hangatnya dengan Irwan Hidayat, Andy juga menyinggung nilai kemanusiaan di balik kesuksesan bisnis. Ia menuturkan kisah saat Irwan dengan spontan membantu biaya operasi seorang pasien miskin di tengah malam.

“Saya minta maaf karena memaksa beliau, tapi Pak Irwan malah bilang, ‘Kamu memberi saya kesempatan berbuat baik’,” ungkap Andy.

Andy menyebut kisah itu cukup menjadi gambaran Sido Muncul memaknai produktivitas. Irwan, lanjutnya, membuktikan bahwa bisnis bukan sekadar menghasilkan keuntungan, tetapi menciptakan manfaat bagi sesama. YCM

Sumber : Kompas